terpikir konser harmoni cahaya kla project

Romulo Radjadin (biasa disapa Lilo) segera setelah melantunkan “Lagu Baru” saat konser Grand Klakustik (dalam rangka 25 tahun KLa Project berkarya pada tahun 2013) sempat nyeletuk, “Bayangin kalau (peringatan) KLa yang ke-35, ini lagu gak bakal gua bawain…I hate this song celetuknya”. Masuk akal memang celetukannya. Saat melantunkan lagu tersebut, alih-alih sambil memainkan gitar, Lilo bahkan aktif bergerak mengikuti rentak lagu yang memang bernuansa riang. Malam tanggal 31 Oktober 2023, dalam rangka 35 tahun KLa Project berkarya, Lilo kembali melantunkan lagu dari album Kedua itu tidak sambil berjoget, tapi sambil memainkan gitar. Ditemani oleh Eka Deli. Janjinya tidak ditepati 😊

Usia 35 tahun untuk ukuran manusia, mungkin sedang dalam fase produktif. Kuliah sudah selesai, jika menjadi karyawan mungkin sedang meniti karir yang diharapkan. Bagaimana dengan sebuah band? Apakah sedang menuju senja atau juga sedang memasuki masa produktif? Tidak banyak grup band (di Indonesia) yang bertahan hingga mencapai usia tersebut. GodBless tahun ini merayakan 50 tahun karier mereka dalam bermusik. Slank berusia 40 tahun pada bulan Desember tahun ini. Dan KLa Project, tahun ini berusia 35 tahun (terbentuk Oktober 1988).

Dengan usia sepanjang itu, KLa telah menginspirasi banyak musisi setelahnya. Bahkan supergrup sekelas Dewa (setidaknya menurut pengakuan Ahmad Dhani), mengakui bahwa KLa merupakan inspirasi mereka. Bukan semata soal bermusik. Juga dari pemilihan nama grup yang mengambil awal nama para personilnya (DEWA – Dhani, Erwin, Wawan dan Ari). Juga Doadibadai Hollo atau yang dahulu dikenal dengan nama Badai Kerispatih juga mengakui bahwa KLa merupakan band idolanya.

Tanggal 31 Oktober 2023, KLa menggelar konser dalam rangka memeringati 35 tahun mereka berkarya. Ketika pengumuman dibuat, aku cukup antusias untuk menghadirinya. Harmoni Cahaya dipilih sebagai tajuk konser. Menjanjikan. Sudah biasa mereka memilih judul konser yang biasanya diterjemahkan dalam pelaksanaan konser. Sejak Klakustik digelar pada tahun 1996.

Pada saat itu, genre akustik memang sedang meraja. Kalau tidak salah, era itu dimulai dengan MTV Unplugged. Wadah dimana musisi dunia memainkan lagu mereka dalam versi akustik dan ditayangkan di televisi MTV. KLakustik dipersiapkan dan digelar dengan serius. Bahkan direkam dan dikemas dalam bentuk dua album. Klakustik #1 dan Klakustik #2. Selain melantunkan lagi lagu-lagu hits mereka sejak album KLa hingga album V, konser ini mengenalkan dua lagu baru. Gerimis (Klakustik #1) dan Salamku Sahabat (Klakustik #2). Berturut-turut setelahnya, mereka menggelar konser besar dengan tema tertentu. Pada bulan Juli tahun 2000, mereka menggelar konser bertajuk Empat Musim. Yang membagi lagu-lagu yang dibawakan dalam empat bagian sesuai musim yang ada (di negara Barat).

Setelah itu aku mencatat mereka menggelar beberapa konser besar dengan tema tertentu. Grand KLakustik dalam rangka 25 tahun serta konser Karunia Semesta dalam rangka 30 tahun berkarya. Ketiga konser tersebut dihelat di Plenary Hall, Jakarta Convention Centre. Salah satu tempat pertunjukan yang sering dipilih untuk tampilnya musisi tanah air juga mancanegara. Diantara konser 25 dan 30 tahun, ada satu konser besar dengan tajuk Passion, Love and Culture yang digelar pada Desember 2016 di Taman Ismail Marzuki. Konser yang memadukan musik pop dan etnik dari seluruh Indonesia. Jika dilihat dari tempat penyelenggaraan konser, sependek pemahamanku pemilihan tempat cukup aman dari sisi audio. Karena merupakan tempat tertutup.

Kembali pada konser Harmoni Cahaya, menurutku pemilihan tempat bisa dimaknai beragam. Keluar dari pakem konser besar mereka yang selama ini lebih banyak ditotonton sambil duduk. Atau menggabungkan dengan konser semacam pesta pora yang dilakukan di lapangan terbuka. Tennis Indoor Senayan menjadi pilihan. Aku tidak mengetahui persis latar belakang pemilihan tempat konsernya. Tapi dahulu pernah mendengar kalau Lilo dan mungkin personil lain, pernah bercita-cita mereka menggelar konser di hadapan ribuan penonton dalam satu stadion.

Menurut catatanku, ada 27 lagu yang dibawakan. Sudah bisa ditebak lagu seperti Tentang Kita, Terpurukku Di Sini, Menjemput Impian, Semoga hingga lagu yang paling dikenal, Yogyakarta dari album Kedua pasti tidak absen. Yang cukup menghibur adalah dibawakannya lagu-lagu yang terbilang jarang dibawakan seperti, Jarak Dua Kota, Bantu Aku, Baiknya, Hingga Memutih Tulang, bahkan lagu Heidelberg. Oct’92 (instrumental) dari album Ungu! Secara pribadi aku sempat berharap jumlah lagu yang dibwakan bisa lebih banyak lagi. Toh ini dalam rangka 35 tahun. Dengan dukungan sponsor yang bertabur (ada dua Badan Usaha Milik Negara), tadinya aku berharap mereka bisa mengajak penyanyi lain sebagai bintang tamu. Mempersilakan bintang tamu menginterpretasi ulang lagu-lagu mereka yang jarang dibawakan di panggung. Seperti ketika Grand Klakustik, memberi Waktu Tersisa dibawakan oleh Glenn Fredly dengan diiringi Tohpati dan Badai. Toh sudah ada pengalaman lewat album Tribute To KLa Project.

Apapun itu, selamat memasuki 35 tahun berkarya untuk KLa Project. Semoga diberi kesempatan bertemu dalam konser 40 tahun dan seterusnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *