Lae! Koq gitu kali?
Kaget aku membaca berita itu lae. Awalnya aku membaca postingan Lydia Anata Roesly Hutagaol di facebook. Aku pikir sekadar protes dia aja karena lae marah kepadanya akibat lupa mengucap selamat ulang tahun. Pas aku scroll ke bawah, koq beritanya membuat sedih. Banyak teman yang mention facebookmu lae. Mengucap selamat jalan. Belum percaya, aku konfirmasi kepada lae Hardoni Sitohang. Dan akhirnya mendapat konfirmasi. Aku googling berita, lemas rasanya lae. Sedih. Merinding. Mata terasa basah. Ternyata lae sudah pergi mendahului kami.
Lae, awal aku mengenalmu jauh sebelum kita bertemu secara langsung. Melalui novel Sordam (Gagasmedia, 2005). Cerita tentang Paltibonar Nadeak, pemuda dari Toba yang merantau ke Jakarta dan berjuang menaklukkan Jakarta. Kisah itu seperti menceritakan dirimu. Seorang Sarjana Hukum yang aktivis. Yang juga datang dari Bona Pasogit, dari Pangururuan di Pulau Samosir. Sekian lama kita kenal, aku tidak tidak pernah mengkonfirmasi kedekatan kisahmu dan cerita Paltibonar. Terakhir aku juga tahu kalau novel Sordam, ternyata banyak dijadikan mahasiswa sebagai objek penelitian.
Ketika aktif berinteraksi lewat maling list Batak (era yahoogroups), ternyata akhirnya kita bertemu. Aku lupa lewat group mana interaksi kita pertama kali. Namun akhirnya kita bertemu. Senang rasanya orang yang pertama aku kenal lewat tulisannya, akhirnya bertemu secara langsung. Lewat pertemuan itu juga akhirnya kita bekerja sama. Lewat komunitas kecil bernama Tobalover. Akhirnya kita sering berdiskusi tentang Batak. Ya, dirimu memang suka suka berbagi mengenai habatahon. Itu yang aku ikuti sampai saaat ini.
Beberapa kali kita juga nobar di Saharjo. Bergabung dalam komunitas Tobadream. Minum bir bersama menikmati lagu-lagu Batak yang dibawakan lae Viky Sianipar dan teman-temannya. Dan hari ini aku teringat lagi, interaksi kita terakhir di Tobadream. Dalam satu acara Tobarock. Di tengah gelegar musik, kita berbincang sebentar. “Facebook lae masih ada kan?”, tanyamu. “Masih, lae. Cuma memang aku gak terlalu aktif lagi”, jawabku. Lantas kitapun sama-sama menikmati musik yang dimainkan lae Viky dan teman-teman. Mengingat masa-masa lalu.
Selain aktivitas budaya, aku Cuma membaca celotehanmu di laman facebook. Tulisanmu mengenai apa saja, kondisi negara, budaya, keluarga. Kadang dengan jenaka kau bercerita tentang borumu. Bagaimana kau selalu dimarahi kalau marisap. Bagaimana mereka menjadi polisi toba buatmu. Dan yang paling kuingat, kau menyebut dirimu sebagai si birong. Karena warna kulitmu memang birong (hitam). Sama kita lae. Tapi aku selalu menyebut warna kulitku, putih tua 😊.
Aktivitas kebudayaanmu juga kau tuangkan dalam bentuk lain. Lagu Suan salah satunya. Bagaimana kau sebagai anak Samosir, yang paham tentang lingkungan di sana, menuangkan keresahanmu akan rusaknya hutan di daerah Sumatra Utara. Khususnya daerah Toba. Lewat lirik lagu itu kau berkata “ooo ale dongan naburju marroha, tasuan ma gok hau di hutanta nauli”. Dan menutup lagu itu dengan pesan yang dalam. “Unang panolsolion na ro tu hita ale dongan. Asa adong tadinghononta tu sude pinomparta”. Jangan penyesalan yang datang menghampiri kita karena merusak hutan. Agar ada yang bisa kita wariskan kepada keturunan kita. Kepada generasi penerus.
Lae, aku yakin kalau banyak orang mengenalmu sebagai orang yang suka berbagi. Sifat suka berbagi itu seakan terkonfirmasi lewat sebuah acara pada channel Tobadream TV milik lae Viky. Meski episodenya tidak terlalu banyak, namun apa yang kau sampaikan melalui rubrik Suan (suara Suhunan) bisa memberi pencerahan kepada banyak orang. Dan yang kau bagi sesuai dengan keahlianmu. Mengenai hukum atau mengenai budaya Batak. Mungkin aktivitasmu sebagai pengacara dan pengajar tidak memungkinkan untuk rutin mengisi acara itu.
Aktivitasmu sebagai praktisi hukum juga kadang membuat kita beririsan. Kita sama-sama cukup sering diminta memberi materi oleh IICD. Berbagi mengenai tata kelola perusahaan (Corporate Governance). Aku bilang beririsan, karena kita sebenarnya tidak pernah berada pada satu panggung bersama. Namun aku tahu, kau juga sering memberi materi dalam beberapa pelatihan.
Kemarin (12 Maret 2025) kau masih merayakan ulang tahun ke-64. Hari ini kau pergi menuju keabadian. Selamat jalan, lae Suhunan Situmorang.