terpikir ucapan selamat jalan pada seorang sahabat

hasbon

Bang Bon,

Seingatku kita kenal sudah cukup lama. Sejak aku mulai ber-NHKBP pertengahan tahun 1990. Meski saat itu kita tidak terlalu dekat. Karena aku aktif di wijk, sementara abang sudah aktif di Godung. NHKBP Pusat kata anak anak di wijk seperti aku.

Seingatku kita dekat dua atau tiga tahun terakhir sebelum aku meninggalkan kota Medan tercinta. Ketika teman teman seangkatanmu sudah menikah dan akhirnya terpaksa keluar dari NHKBP. Ketika abang lebih banyak menjadi konduktor kami berpaduan suara. Ketika NHKBP sebagian besar dihuni oleh teman teman seangkatanku (Rudi Sihotang, Tiopan Manurung, Junio Pardede atau Aron Sinambela) dan mereka yang kita rekrut melalui retreat di Haranggaol. Retreat yang kita rencanakan dan jalankan untuk menjaring talenta talenta baru dari wijk.

Kita mencari dana bersama. Berjualan kue, ikan arsik atau pinadar sumbangan teman teman. Berjualan stiker yang kita niatkan sebagai cutting stiker namun batal karena biaya produksi ternyata cukup besar waktu itu. Hampir setiap sore kita berdiskusi di rumah kosong di samping gereja untuk menaukseskan retreat itu. Retreat yang membuat kita semakin dekat.

Retreat yang penuh kisah. Bagaimana mobil kijang birumu, yang sehari hari lebih sering parkir di jalan Sederhana daripada di gang Cemara, dipakai belajar mengemudi oleh almarhum Rudi Sihotang malah menabrak pohon di rumah dokter Silalahi. Mobil yang sama kita gunakan survey lokasi ke Haranggaol. Yang tidak memiliki ban serap sehingga kita harus menunggu lama untuk menambal bocornya ban. Karena menambalnya harus ke arah Merek. Naik ke atas karena bocornya ban ternyata di pantai Haranggaol.

Bang Bon, kalau bukan dirimu yang mengajak aku jalan jalan ke Jakarta, mungkin aku tidak berada di kota ini sekarang. Aku ingat setelah retreat itu, abang mengajak aku jalan ke Jakarta pertemgahan tahun 1996. Karena sama seperti abang yang belum punya pekerjaan tetap, akupun baru lulus dari Nommensen. Karena sebagian besar waktu aku habiskan di gereja dan bergaul dengan teman teman NHKBP, almarhum bapak memintaku untuk membawa semua berkas administrasi ketika minta ijin jalan ke Jakarta. Berkas itu aku gunakan untuk melamar di beberapa perusahaan sehingga akhirnya diterima bekerja di perusahaan sekarang awal tahun 1997. Selama sebulan pertama di Jakarta abang juga yang mengajarkan aku bagaimana naik bis di Jakarta. Bagaimana yang harus diingat adalah terminal resmi seperti Blok M atau Kampung Rambutan, setelah itu tinggal mencari bis sesuai arah tujuan yang kita kehendaki. Apa manfaatnya ketika kenek menginstruksikan untuk turun dengan menggunakan kaki kiri yang menyentuh aspal terlebih dahulu.

Bang Bon, setelah aku bekerja, beberapa kali kita ketemu di gedung kantorku berada. Bercerita apa saja kegiatan kita. Berkisah siapa saja teman teman dari Medan yang kita temui. Abang juga pernah pinjam sepatu dan kemeja untuk melamar pekerjaan di tempat baru. Karena abang mau keluar dari pabrik YKK waktu itu. Karena pakaian abang yang pantas, tertinggal di tempat saudara abang di Pondok Bambu. Namun itu berlangsung tidak lama. Setelah itu tak ada kabar lagi dari abang. Sampai aku mendengar abang telah kembali ke Medan.

Beberapa kali pulang ke Medan dan bergereja di HKBP Teladan, kita tak pernah bertemu. Teman teman alumni pun bilang, abang sudah jarang ke gereja. Aku tidak ingat persisnya berapa tahun lalu kita pernah bersua dalam acara natalan dan ramah tamah alumni NHKBP. Itulah pertemuan terakhir kita. Beberapa bulan lalu aku masih melihat abang tergabung dalam paduan suara ama HKBP Teladan. Yang mewakili distrik X Medan untuk festival koor ama dalam rangka tahun keluarga HKBP. Bersama dengan beberapa alumni seangkatan. Kemenangan itu membanggakanku sebagai salah satu alumni. Kemenangan itu juga mengingatkanku bahwa kita juga pernah menjuarai festival koor NHKBP dalam rangka 133 tahun HKBP dan perayaannya diselenggarakan di Stadion Teladan.

Bang Bon, pagi ini aku mendengar abang telah kembali kepada Bapa. Abang sudah bersama bapak abang. Gak terbayang perasaan mamak abang. Bagaimana sedihnya setelah ditinggal suami puluhan tahun lalu, hari ini ditinggal anak satu satunya.

Selamat jalan bang Hasbon Hasian Hutagalung. Abang, guru dan sahabat 😔

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *