terpikir tenggang rasa secukupnya

“Kami menyediakan bihun ayam dan nasi ikan. Bapak mau apa?” pramugari Garuda menawarkan makanan. Spontan aku menyebut bihun ayam. Pilihan yang serupa dengan teman sebelah. Tapi pramugari hanya meletakkan nampan di meja di hadapanku. Seraya berkata bahwa bihun ayam hanya tinggal satu. “Mohon maaf, banyak yang memilih bihun ayam” katanya.

Secepatnya aku mengangsurkan nampan di hadapanku ke sebelah. Niatku memberi kesempatan pada sang teman menikmati hidangan sesuai pesanan. “Bapak pesan bihun ayam?” Tanyanya. Aku tak menjawab. Dia mengembalikan bihun ayam tadi seraya menerima nampan yang pasti berisi nasi ikan.

Aku menikmati bihun ayam yang sudah kembali ke hadapanku. Melalui ekor mata, aku memperhatikan beliau memulai dengan menyantap puding yang tersedia. Tak sampai lima menit bihun ayam tandas. Aku masih memperhatikan, di bangku sebelah, proses makan berhenti dengan puding. Hingga pramugari mengangkat nampan kami berdua. Nampanku yang kosong sementara miliknya masih tersisa nasi ikan tentu saja. Aku merasa gak nyaman.

Aku gak bisa menahan rasa penasaran. “Kenapa gak makan?” Tanyaku. “Kebetulan saya baru makan” jawabnya. “Bukan karena bihun ayamnya, aku ambil?” tanyaku. “Sebetulnya jika ada bihun, pengen coba bihunnya” sahutnya. NAH!!

Aku tak sedang berbasa basi ketika mengangsurkan nampan tadi. Selain karena menghormatinya, aku gak terlalu ngoyo soal makan. Itu alasan aku sodorkan padanya. Dan buatku penolakan sekali itu cukup. Aku tak akan mencoba membujuk sekali lagi. Yang penting aku sudah tawarkan. Namun jika ketika karena itu beliau tidak menghabiskan nasi ikannya, lucu menurutku. Tapi ya sudahlah.

Meski Batak, kadang aku menganut prinsip pakewuh orang Jawa. Namun untuk selalu pakewuh juga ga baik. Sesekali harus ada ketegasan. Meski awalnya ketegasan itu tak mengenakkan, untuk kasus bihun ayam tadi, buatku tak menjadi masalah. Toh aku sudah menawarkan.

Satu Komentar Tambahkan milikmu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *