terpikir holong di dompak, lagu baru sarat makna

Holong Di Dompak

Ndang adong hian rohangku,
laho mambilang bilangi.
Tung aha pe tung dia pe,
na boi tarbahen ahu,
Denggan pelehonongku hasian

Tung soi boi do ahu porsea,
di angka hatani na deba.
Tung aha pe tung dia pe,
didok taringot ho.
Songgot ni rohangki muba pingkiranki
Ndung diida matangku

Reff:
Aha be nuaeng labana di ahu,
humongkop ho,
na so boi manjaga roha.
Molo di tingki dompak,
boi denggan holongmi tu ahu.
Holip sian pamerengan tu halak do roham

Tung soi boi do ahu porsea,
di angka hatani na deba.
Tung aha pe tung dia pe,
didok taringot ho.
Songgot ni rohangki muba pingkiranki,
ndung diida matangku.

Cukup lama nama Alsant Nababan disandingkan dengan lagu “Aut Boi Nian”. Bahkan dalam beberapa kali pertunjukan TobaRock, Viky Sianipar mengantarkan penampilan Alsant dengan menyebut Alsant “Aut Boi Nian” Nababan. Lagu Aut Boi Nian memang cukup melekat pada diri Alsant. Lagu yang konon sudah diincar olehnya untuk dibawakan ketika Viky berencana mengaransemen ulang lagu tersebut.

Minggu lalu akhirnya Alsant Nababan mengeluarkan singel baru. Lagu itu bertajuk “Holong Di Dompak”, yang diciptakan oleh Henry Manullang. Berbeda dengan lagu-lagu yang dibawakan Alsant sebelumnya (yang diproduseri oleh Viky Sianipar atau Parlin (Pay) Siburian), kali ini Alsant memproduseri sendiri singel ini.

Lagunya sendiri tidak jauh berbeda dari kebanyakan lagu (Batak) pada umumnya. Tentang asmara, lebih khusus lagi tentang patah hati. Lagu ini bercerita tentang hubungan antar anak manusia yang ternyata tidak berjalan sebagaimana diharapkan. Sang plantun merasa dikhianati oleh pasangannya (stereotype lagu Batak pada umumnya?). Berbeda dengan Aut Boi Nian yang bercerita tentang kesenjangan sosial, tidaklah demikian dengan lagu ini (setidaknya dari lirik lagu).

Dari segi penulisan, lagu ini juga tidak memiliki struktur yang rumit. Juga tidak terlalu panjang. Standard lagu biasa yang berada pada rentang 3,5 menit. Dan karena tidak memiliki pengetahuan khusus mengenai lagu, aku tidak akan bercerita tentang struktur lagu.

Yang menarik perhatianku adalah pemilihan diksi pada lirik lagu. Yang menurutku, dari judulnya saja sudah berbeda. Menggunakan kata “dompak” yang berarti arah. Kata yang mungkin tidak biasa dicantumkan di belakang kalimat. Dompak sendiri berarti arah. Dalam penggunaan keseharian, aku lebih sering mendengarnya digunakan pada awal kalimat. Dompak dia (arah mana) atau dompakhon.. (arahkan..). Selain itu ada kata ‘holip‘ yang berarti halang (terhalang). Namun ternyata yang terasa dalam penggunaannya pada lirik lagu ini, tidak sesederhana itu. Holip sian pamerengan bisa berarti, ketika tidak kulihat atau ‘di belakangku’. Memang tak bisa lagu Batak diterjemahkan kata per kata. Harus satu lagu utuh :-).

Masih ada satu kata yang membuatku penasaran, ketika pertama kali mendengarkannya melalui youtube. Terutama karena dilengkapi dengan teks pada video. Kata itu ialah ‘pelehononku’ pada kalimat ‘Denggan pelehonongku’. Apakah kata ini merupakan kata turunan dari kata pele dan menjadi pelehononku yang berdiri sendiri. Atau terdiri dari dua kata, yang sebenarnya (dimaksudkan) terpisah. Akhiran ‘pe’ yang menguatkan kata godang dan kata lehononku untuk menerangkan kata godang.

Perhatikan kalimat “Denggan pelehonongku” yang awalnya menurutku harusnya dituliskan “Denggan pe lehonongku”. Namun setelah aku mendengar lagu ini beberapa kali, dan menghubungkannya dengan kisah cinta yang biasanya romantis, aku yakin kalau yang dimaksud adalah kata dasar ‘pelehon’ dan bukan kata dasar ‘lehon’. Kenapa, karena menurutku makna kalimat yang pertama lebih sakral. Lebih romantis. Pelehononku dibaca sebagai persembahan, dan bukan pemberian (lehononku). Terasa berbeda kan antara ‘persembahan’ dan ‘pemberian’? ‘Arah’ persembahan terasa lebih dari yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi atau diagungkan. Dalam konteks lagu ini mungkin dari pria kepada pujaan hatinya yang biasanya diagungkannya. Sementara kata ‘pemberian’ lebih terkesan kuat bermakna sebaliknya (dari yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah), atau paling tidak setara.

Satu kata yang menurutku masih kurang pas dengan keagungan lirik dalam lagu ini adalah kata ‘manjaga’ karena terkesan seperti membatakkan kata ‘jaga’ dalam bahasa Indonesia. Walaupun sebenarnya kata ‘jaga’ juga dikenal dalam bahasa Batak, yang berarti awas dan tidak pas dengan kalimat pada lirik tersebut. Namun hal tersebut tertutupi dengan ‘keindahan’ rasa patah hati yang terkandung dalam reffrein. Silakan diulang-ulang bagian reffreinnya dan menikmati kosa kata yang mungkin terasa baru pada sebuah lagu cinta (Batak)

Selamat atas karya barunya bang Alsant!

p.s. Satu yang juga mengganggu adalah apa sebenarnya judul ‘asli’ lagu ini. Apakah “Holong Ni Dompak” (tertulis pada video yang diunggah ke youtube) atau “Holong Di Dompak” (tertulis di spotify atau teks pada youtube).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *