terpikir usia tigapuluh tujuh

Tigapuluh tujuh! Waks…hanya tiga tahun lagi mencapai kepala empat. Usia dimana [seperti kata pepatah asing] kehidupan bermula. Nope. Aku gak percaya istilah ‘life’s begin at fourty’ itu.

Buatku, hidup bermula sejak saat terakhir dimana aku masih mengingat sedang apa aku saat itu. Dan terus terang, entah kenapa yang teringat adalah saat aku bersama adik-adik, berkeliling sambil rebahan di sekitar kepala almarhum Bapak yang juga sambil rebahan, mendengarkan beliau membacakan majalah buat kami. Aku mengingat saat Bapak tersinggung anaknya ditonjok orang sewaktu ramai-ramai menonton televisi di malam hari melalui jendela rumah tetangga. Besoknya, giliran kami yang punya televisi :-).

Aku mengingat, diantar Mama untuk bersekolah di taman kanak-kanak, tetapi aku menangis dan berlari keluar kelas begitu mengetahu Mama tidak bisa menemani di dalam kelas. Sehingga aku tidak pernah mengalami masa taman kanak-kanak. Aku mengingat pernah memasukkan biji kembang pukul empat kedalam hidungku, sehingga akhirnya dikeluarkan di rumah sakit umum Kabanjahe.

Aku mengingat pernah di tengah perjalanan pulang sekolah di kelas satu, sakit perut tidak tertahan dan akhirnya pulang sekolah sambil jalan mengangkang karena di celanaku, ada kotoran. Juga aku mengingat dibonceng seorang teman dengan sepeda mini pertamaku. Ketika sepeda dikayuh kencang, kaki kananku masuk ke jari-jari belakang dan merobek cukup lebar kulit atas telapak kakiku.

Ingatan-ingatan yang kalau dituliskan, mungkin tidak ada apa-apanya dibanding Laskar Pelanginya Andrea Hirata. Namun tetap membuatku tersenyum sendiri saat mengingatnya. Saat itulah kehidupan bermula buatku. Mengenai kehidupan bagaimana yang akan dimulai tiga atau empat tahun yang akan datang, pastinya setelah mengalaminya aku rasakan.

Yang pasti saat ini aku harus berterimaksih kepada Pemberi Hidup, karena masih diberi satu lagi pertambahan usia. Bersyukur memiliki keluarga kecilku [yang telah lelap tidur saat aku menulis ini]. Istri yang sedang mengandung anak kedua [yang kata dokter, berdasarkan USG hari Jumat berkelamin laki-laki], Yeremia yang sebelum kalimat ini ditulis ngompol [dan aku musti mengganti pakaiannya terlebih dahulu sebelum melanjutkan menulis], almarhum Bapak dan Mama, yang saat kutelepon dua jam sebelum tanggal berganti sempat hendak nyolong mengucap selamat di sela ‘curhat’annya. Orang tua yang dengan keterbatasan dan kelebihan yang mereka miliki mengajarkan kami anak-anak, [sekarang plus] menantu dan cucunya agar selalu berusaha menjadi orang baik. Adik-adikku [plus dua ipar dan satu ponakan saat ini].

Bersyukur memiliki mertua yang sering lupa kalau aku menantunya [karena buat mereka aku adalah anaknya juga], keluarga iparku di Kebonjeruk dan [masih satu] ponakan yang pernah menyapaku dengan sebutan ‘amangbolu lambutan manis’. Iparku di Cibubur yang nyonyanya, Jumat pagi sudah mengirim MMS ucapan selamat lengkap dengan musik dan gambar pengganti Luna Maya di iklan XL. Entah bagaimana keputusan soal saweran makan-makan ulangtahunnya. Karena ketiga menantu mertuaku berulangtahun di bulan yang sama, hanya berselisih dua hari. Tanggal sembilan, duabelas dan limabelas November :-).

Inilah ucapan syukurku di usia tigapuluh tujuh.

Dipos di Tak Berkategori
Satu Komentar Tambahkan milikmu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *