pagi ini seperti biasa jika ngantor tidak membawa mobil, aku akan menggunakan jasa omprengan. seketika turun dari motor tebengan, aku ditawari naik avanza yang sudah ngetem di luar pelataran dimana omprengan biasa mangkal. biasanya yang begini adalah murni orang kantoran yang sedang mencari teman untuk dapat melintas kawasan berpenumpang tiga atau lebih (3 in 1).
di kursi depan duduk pengemudi. seorang perempuan. duduk di sebelahnya pun seorang perempuan. pada kursi tengah, telah duduk seorang bapak. sementara di bangku belakang duduk seorang ibu. dengan pertimbangan bahwa setelah aku mungkin akan ada penumpang lain, aku mengambil posisi duduk di belakang. menunggu sebentar. mungkin si mbak pengemudi mau menunggu seorang lagi untuk duduk di tengah pikirku. tak apalah. ternyata belum lima menit, si mbak pengemudi turun dan memberi tips pada timer yang menawar nawarkan kursi tadi. avanza pun melaju. Ibu yang tadi duduk di belakang bersamaku, pindah ke tengah.
perkiraan bahwa hari kerja pertama kerja di bulan ramadhan jalanan akan sepi ternyata tidak terbukti. jalan tol dari jatibening menuju cawang/jakarta bahkan seperti hari kerja biasa. mobil merambat pelan. tidak terlihat mbak pengemudi menyalip dari bahu jalan. pun ketika mendekati gerbang tol halim. aku yang biasanya mengambil posisi paling kanan untuk kemudian menyalip di depan ketika pembatas jalan gerbang tol dan keluar halim, cukup kagum dengan keteraturan si mbak pengemudi. konsekuensinya perjalanan lebih lambat dari omprengan biasanya, yang kadang kelakuan sudah mirip sopir metromini. bahkan dari diriku, yang meski [ehem….] lumayan tertib, sering menyalip juga untuk ruas jalan tertentu.
tapi sebentar dulu. itu dari radio mobil si mbak memang terdengar siaran radio. namun kenapa di telinga si mbak tertempel earphone. apakah dia sedang mendengarkan lagu dari perantinya? atau mungkinkah sebuah handsfree? sepertinya tidak. karena selama perjalanan tidak terdengar sedikit pun si mbak berbicara dari earphonenya. tapi nanti dulu. karena duduk sendiri di belakang, aku mengambil posisi duduk di tengah. dari belakang terlihat beberapa kali si mbak memegang telepon pintarnya dengan dua tangan. awalnya kupikir dia sedang memilih lagu yang akan didengar lewat earphonenya. ternyata tidak.
sekali dua terlihat layar telepon pintarnya menunjukkan awarna merah. sekilas terlihat lambang path. kali berikutnya terlihat si mbak seperti sedang chatting. OH KAMBING SAYA [Oh My Goat!]. ini si mbak sedang songong ternyata. memang moibilnya matic. tidak perlu gonta ganti kopling. pantes saja, si mbak tertib berlalu lintas.
Gemes rasanya duduk di belakang sebagai penumpang. karena beberapa kali terlihat ada jarak cukup jauh dengan mobil di depan kami dalam jahanamnya kemacetan tol dalam kota. karena mobil si mbak bergerak sekian lama setelah mobil di depannya bergerak [bukan karena lama memindahkan perseneling tentu saja]. dan sepertinya si mbak menikmati sekali pembicaraan di perantinya. meski duduk di belakang, terlihat beberapa kali si mbak tersenyum sambil mengetik.
Maaf ya mbak. kelakuan mbak mungkin sama saja ancurnya dengan kemacetan tol dalam kota. kalau mbak sendiri di mobil itu, tiada yang akan peduli. tapi mbak tak peduli dengan keselamatan penumpang yang sedang mbak bawa.
resikonya orang nebeng, kumaha nyang nyetir waee..