terpikir sebuah novel berjudul Loe Gue End!

Boleh dianggap sebuah pembenaran,boleh tidak. Tapi sejak maraknya jejaring sosial bernama twitter,buatku waktu untuk membaca buku semakin berkurang. Rasanya, membaca tulisan para pekicau itu lebih seru daripada membaca buku.

Pertama,temanya lebih beragam. Kedua, penggunaan karakter yang hanya 140 dalam sekali kirim membuat membacanya lebih cepat. Kecuali akun yang suka memberi (apa yang akhirnya disebut) kultwit. Kuliah melalui twitter. Tanpa perlu menyandang gelar akademisi. Berikutnya, membaca melalui twitter, memungkinkan mendapat berita yang paling mutakhir. Apa saja yang terjadi di belahan dunia sebelah sana, langsung diketahui saat ini juga.

Melalui akun twitter jugalah, aku mendapat informasi bahwa seorang penulis dari masa puluhan tahun lalu menerbitkan buku. Agak lebay? Yeah,setidaknya aku mengenal dia melalui tulisan tulisannya ketika masih sekolah dulu. Mungkin sedikit bersamaan eranya dengan Hilman (Lupus) atau Gola Gong (Si Roy). Zara Zettira ZR,namanya.

Melalui akun twitternya,Zara menginformasikan akan menerbitkan sebuah buku. Buku tersebut sudah dapat dipesan lebih dahulu dan akan tiba pada pertengahan November katanya. Pemesan awal akan mendapat buku dengan tanda tangan penulisnya,janjinya pula. Aku tertarik. Aku ikuti prosedur pemesanan yang disyaratkan. Kurang lebih akhir November, bukunya pun tiba.

Pada pengantar, Zara kurang lebih mengatakan bahwa buku (novel) Loe Gue End! (LGE!) merupakan karyanya bersama Alana. Konon Alana adalah seorang pengunjung blognya, yang rutin mengirim puluhan email yang bercerita tentang dirinya (Alana). Artinya, kisah dalam novel ini merupakan kisah nyata. Puluhan email tersebut sempat terbengkalai dan tidak direspon sehingga akhirnya membuat Alana marah dan mengirim email ‘penutup’ yang mengungkap kekesalannya karena tidak direspon. Pada akhir emailnya,Alana bilang kepada Zara,”Loe Gue End!”. Kalimat yang akhirnya dipilih menjadi judul novelnya.

Aku tidak terlalu mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan Zara dalam novel ini. Apakah sekadar mengedit puluhan email dari Alana, yang berarti Zara bertindak sebagai editor. Atau membuat puluhan email itu sebagai inspirasi novelnya, yang berarti Zara sebagai penulis novel LGE! ini.

Kalau penerbitan, berdasar informasi dari novel, LGE! merupakan novel pertama Zara yang diterbitkan sendiri. Terus terang aku gak terlalu mengikuti perjalanan penerbitan buku Zara. Yang aku tahu, bukunya dahulu diterbitkan penerbit besar dari kawasan Palmerah.

Kembali pada masalah penulisan, aku merasa bahwa apa yang terjadi pada novel ini adalah, Zara hanya sebagai editor. Dia sekadar menyusun ulang atau merekonstruksi puluhan email dari Alana agar layak diterbitkan sebagai sebuah novel. Alasannya adalah, gaya bercerita yang aku temui tidak terlalu nyaman untuk dibaca. Tidak membuat penasaran untuk membaca lanjutannya.

Karena, kembali seperti apa yang aku sampaikan di awal, kegiatan membacaku diselingi oleh kegiatan membaca kicauan di jejaring sosial twitter. Sampai buku tersebut aku miliki beberapa minggu, aku belum tuntas sepenuhnya membacanya. Padahal, tema yang diangkat boleh dibilang termasuk ‘berat’. Selain bercerita soal kisah nyata (meski pelaku disebut anonim) novel ini bercerita mengenai dunia astral. Yang kalau (sekali lagi menurutku) tidak dikemas dengan baik dalam penuturannya, membuat pembaca bingung. Semoga aku salah. Dan semoga tidak terlalu cepat ‘menuduh’, karena aku memberi komentar seperti ini, saat aku belum tuntas membaca novelnya.

Oh iya, selain gaya penulisan, menurutku ada pemenggalan yang agak aneh. Lupa persisnya pada bab berapa (mungkin bab duapuluhan. Karena aku menulis ini di kantor disela istirahat Jumat, sementara bukunya ada di rumah) ada kalimat yang muncul di awal bab baru, padahal kalimat tersebut merupakan bagian dari bab sebelumnya.

Untuk Zara, tulisan ini untuk menepati janji memberi kesan dan pesan sebagaimana aku sampaikan di twitter beberapa hari lalu. Bagaimanapun aku menunggu kisah berikutnya. Soal pramugari?. Sukses terus ya :-)

Dipos di Tak Berkategori

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *