Terlepas dari DPT yang bermasalah, tingkat partisipasi Pemilu (Caleg) 9 April, yang rendah harusnya menjadi cermin buat puluhan (ratusan kalau yang tidak lolos verifikasi dihitung) partai yang ada. Rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi ni negara ini semakin lama semakin muak dengan pesta (demokrasi) yang mereka adakan.
Alih alih membuat peraturan yang mensejahterakan rakyat, partai partai itu melalui fraksi di DPR malah sibuk dengan diri dan partai sendiri. Sibuk dengan peroalan remeh temeh yang gak berguna langsung buat rakyat. Sibuk mengembalikan dana kampanye dengan beragam dalih. Plus sibuk dengan syahwat yang gak ketulungan.
Pertengkaran soal persentase partai yang berhak mengusung calon Presiden sendiri, Undang Undang Pornografi yang mungkin menurut mereka bisa membuat rakyat kenyang, Jadi makelar proyek mulai dari Riau sampai Makassar, berfoto dan beradegan syuuur yang mereka pikir akan dinikmati oleh konstituennya.
Dengan semua tingkah laku mereka itu, mereka (Anggota Dewan) masih bangga disapa dengan ‘Yang Terhormat’. Padahal, rakyat sebagai pemegang kekuasaan dan mandatlah yang lebih pantas mendapat sebutan itu.
Dengan biaya triliunan rupiah (belum termasuk dana pribadi Caleg yang telah dikeluarkan), mereka mendapat sapaan yang terhormat. Sementara dilain tempat di Indonesia, masih ada rakyat (yang katanya mereka wakili) masih berebut selembar uang lima ribuan hingga meregang nyawa. Masih ada anak anak yang tengah malam berkeliaran di jalanan demi sekeping dua recehan dari pengendara.