Berita menggembirakan datang dari Pertamina. Perusahaan milik negara ini berhasil masuk dalam daftar 500 Perusahaan Global versi Fortune. Pertamina berada pada urutan 122 dari 500 perusahaan yang tersebar di seluruh dunia. Sesuatu yang layak untuk dibanggakan. Meski posisi ini jauh di bawah Petronas, perusahaan serupa milik Malaysia, yang konon katanya, dahulu belajar kepada Pertamina.
Yang menggelitik dan terpikir buatku, bukan pada prestasi itu. Namun pada ucapan selamat yang kemudian muncul di koran. Pada iklan ucapan selamat yang aku baca, predikat yang tertulis “Perusahaan Indonesia Pertama meraih peringkat 122 Fortune Global 500”. Menjadi yang pertama adalah suatu yang layak disyukuri. Mungkin sekarang berada pada peringkat 122, bisa jadi pada masa yang akan datang lebih baik lagi. Permasalahannya terletak pada penggabungan ‘yang pertama’ dan peringkatnya.
Menurutku, kalau harus menyebut peringkat dalam ucapan selamat itu, banyak kemungkinan bisa terjadi pada pengumuman Fortune berikutnya. Taruh kata, tahun depan dengan meningkatnya keuntungan, Pertamina akan berada di urutan 100. Lebih baik dari saat ini. Namun jika istilah saat ini digunakan, dengan mengasumsikan Pertamina masih satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk daftar, maka predikat sebagai ‘yang pertama’ masih bisa dibanggakan. Mungkin ucapannya adalah, “Perusahaan Indonesia Pertama meraih peringkat 100 Fortune Global 500”.
Dengan demikian, setiap tahun dengan posisi yang berganti setiap tahun, bisa jadi posisi ‘yang pertama’ itu layak untuk diucapkan selamat. Bukan semata karena masuk daftar 500 perusahaan bergengsi. Tapi setiap tahun menjadi yang pertama :-).
Menurutku akan lebih pas jika pada ucapan selamat disebutkan, “Perusahaan Indonesia pertama yang masuk dalam Fortune Global 500”. Atau jika ingin menyebut peringkatnya, tidak menggunakan peringkat, tapi cukup dengan “Selamat kepada Pertamina yang menempati peringkat 122 Fortune Global 500”.