Sering terdengar naposo Batak mengeluhkan mahalnya biaya melangsungkan pernikahan. Entah karena dicari-cari atau memang demikian adanya, biaya pesta menjadi salah satu alasan menunda pernikahan. Soal jodoh yang akan mengisi kolom setelah ‘dohot oroanna’ pada undangan mungkin tidak terlalu masalah. Atau memang tidak dicari atau belum ketemu. Entah. Karena meski ada ungkapan, ‘kalau jodoh tak akan kemana’ bukan berarti akan ketemu dengan sendirinya karena dia tak kemana-mana. Jodoh haruslah dicari dan diperjuangkan.
Kembali pada pesta unjuk, boleh dibilang mirip seperti handphone. Pada era sekarang apalagi masa pandemi, pergerakan terbatas, komunikasi menjadi penting. Handphone merupakan sebuah keniscayaan. Sama seperti handphone, kebutuhan kita adalah pesta unjuknya. Sebagai jalan masuk menjadi warga Dalihan Na Tolu. Yang tidak kalah penting dan yang paling utama adalah, sebagai gerbang bagi orang tua kita untuk mencapai hagabeon. Satu dari tiga cita-cita orang Batak. Soal besar kecilnya, kembali pada kemampuan kita. Kembali pada keinginan kita.
Sama seperti handphone. Apakah kita butuhkan sebagai alat komunikasi atau lebih dari itu?. Kalau hanya sebagai alat komunikasi, saat ini sudah banyak handphone yang dijual dengan harga sejutaan. Beragam merknya. Mulai merk lokal hingga merk global. Merk yang terdengar serius sampai yang terkesan lucu. Beragam fitur yang ditawarkan. Mulai dari kamera yang hanya di belakang atau juga di depan. Kamera hanya satu atau tiga. Kualitas gambar empat megapixel dan seterusnya. Layar dua inci hingga layar empat inci. Apapun fitur tambahan yang diberikan, semua kembali pada fungsi dasarnya. Bisa dipakai untuk menelepon atau mengirim teks dan gambar. Saat handphone semakin canggih, seketika itulah kebutuhan telah bergeser menjadi keinginan.
Demikian juga dengan pesta unjuk. Analogi dengan handphone, selama ketiga unsur Dalihan Na Tolu hadir dalam pesta unjuk, hal tersebut sudah cukup. Seperti handphone yang sekadar bisa melakukan panggilan, mengirim pesan teks atau mengirim gambar. Apakah kita memang benar-benar memerlukan semua fitur tambahan? Atau sekadar gengsi gaya belaka.
Memang ada pilihan IPhone 13 pro max 1 TB. Namun buat apa mengeluarkan dua puluhan juta rupiah hanya untuk membeli Iphone yang ujungnya hanya digunakan untuk menelepon, mengirim pesan teks, atau mengambil gambar plus mengunduh selfie melalui instagram? Sayang sekali mengeluarkan uang hanya untuk sesuatu yang juga sebenarnya bisa dilakukan handphone bermerk lucu tadi. Apalagi kalau membelinya menggunakan utang dana pihak ketiga.
Ketika kita rela mengeluarkan uang dua puluhan juta rupiah untuk aksesoris yang tidak terlalu penting buat kita, mengapa kita tidak serela itu untuk membuat orang tua kita sangap? Bukankah dengan setuju melakukan pesta unjuk kita telah menyenangkan orang tua kita?
Andalu ma panduda, anduri pamiari
Hula namalo manuturi,
jala hamu Tulang namalo mangajari