terpikir hari blog

Menyambut hari blog indonesia yang jatuh tanggal 27 Oktober, manusia kursi [terjemahan dari Chairman] pesta blog pertama dan kedua, menulis dalam akun twitternya masing-masing seperti ini :
@enda: Since 2000, blog is the weapon of choice to express urself online. Now there r FB & Twitter to try 1st before u graduated to blogs

@ndorokakung: analoginya mungkin gini, ngeblog itu sepak bola, microblogging itu futsal

Ada dua hal yang aku lihat sebagai benang merah yang melekat pada tulisan mereka. Pertama, fenomena twitter dan facebook, merupakan bagian dari blog. Kalau kata Enda [mudah mudahan tidak lancang menerjemahkan] facebook dan twitter adalah langkah awal dari kegiatan ngeblog. Sementara Wicak [alias ndorokakung], Twitter dianalogikan sebagai futsal.

Kalau dianalogikan futsal, mungkin seseorang aktif dengan microblogging karena kebelummampuannya ngeblog dengan ‘serius’ dan kegemaran untuk mencoba sesuatu yang baru mumpung sedang ngetrend. Seperti layaknya pertandingan dan lapangan futsal yang sedang ngetrend belakangan ini. Bermain futsal bisa dan biasa dilakukan siapa saja. Mulai dari anak sekolah hingga pegawai kantoran.

Apapun istilah dan pendapat orang, fenomena microblogging dan blog, layak disyukuri. Terbukti selama tiga tahun berturut turut, pesta blogger yang diikuti oleh ratusan bahkan ribuan blogger dapat terlaksana. Bahkan tanggal 27 Oktober sebagai tanggal pertama sekali diadakannya pesta blogger, ditahbiskan secara ‘resmi’ oleh blogger sebagai hari blogger. Sebuah acara tumpengan diselenggarakan di warung Wetiga di daerah Jakarta Selatan.

Rasa syukur layak diucapkan, mengingat kegiatan ngeblog, bisa jadi merupakan sebuah hal yang tabu buat budaya bangsa ini. Aku bilang begitu, karena bangsa ini belum terbiasa dengan budaya ‘terbuka’. Ditambah lagi selama puluhan tahun, berada di bawah pemerintahan yang membudayakan keseragaman dan mengharamkan keterusterangan. Dengan blog, seseorang bebas bersuara [terutama melalui tulisan] untuk kemudian didengarkan, bukan hanya oleh bangsanya, namun seluruh dunia!

fenomena blak balakan seperti ini, tak pelak menimbulkan rasa khawatir, mengingat bahwa negara ini memeiliki UU ITE yang memiliki pasal karet yang bisa menjerat siapa saja yang dianggap menjelekjelekkan orang atau pihak lain. Untunglah ketakutan itu dapat diredam dengan pernyataan Bapak Tifatul Sembiring sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika yang baru pada pesta blogger 2009, yang menyatakan bahwa tidak akan ada blogger yang ditangkap.

Dengan perkembangan teknologi, perkembangan perangkat dan pertumbuhan pengguna situs jejaring, sekarang orang bisa menulis dimana saja melalui berbagai media, termasuk lewat Facebook dan Twitter. Sesuatu yang limabelas tahun yang lalu tidak banyak yang melakukannya.

Oleh karenanya, tetaplah bersuara. Tetaplah menuliskan apa yang terpikir dan layak dibagi kepada orang lain. Dengan tetap menulis, entah itu melalui microblogging [twitter] atau jejaring sosial [sebagaimana Facebook], kita dipaksa untuk melakukan beberapa hal.

Berdisiplin dalam menulis, agar blog tetap ramai dengan postingan. Banyak membaca, agar terbiasa dengan penyusunan kata yang tertata, dan pemilihan kata yang enak dibaca. Selain itu, berbeda dengan web generasi pertama, blog menawarkan interaksi antara penulis dan pembacanya. Dari sini akan terjalin pertemanan yang kemungkinan didasari oleh minat yang sama.

Tidak peduli apakah hanya memiliki salah satu atau bahkan memiliki ketiga fasilitas yang ada. Facebook, twitter atau blog. Karena toh ketiganya dapat disinkronisasi agar saling mendukung. Tulisan di blog bisa diselaraskan dengan catatan di Facebook. Demikian juga, postingan di twitter bisa diselaraskan dengan status di Facebook.

Ngeblog bisa dilakukan kapan dan dimana saja. Bila belum memiliki kesempatan untuk menulis sebuah artikel panjang, sampaikan melalui 140 huruf di Twitter. Ketika ingin membuat tulisan yang lebih dalam panjang, tuliskan di blog. Bila ingin tulisan langsung dibaca oleh teman, tulislah di Facebook dan tandai teman yang diharapkan bisa dan mau memberikan komentar atas tulisan kita.

Dengan demikian tidak ada yang dianaktirikan karena kebetulan satu futsal, sementara lain adalah sepakbola lapangan. Dan yang lebih penting, jaringan pertemanan tetap terjaga.

Selamat hari blog! Tetaplah bersuara.

Dipos di Tak Berkategori

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *