Faaaaak!! Entah sudah berapa kali mbaknya yang duduk persis di depanku ini menguap.
Sejak dari Jatibening tadi. Awalnya masih sopan. Dan tak mengganggu. Mulutnya masih ditutup masker. Semakin kesini, semakin gak sopan. Manguap begitu saja tanpa masker. Kadang diarahkan ke sebelah kanan dia. Mengarah ke depan. Kadang ke sebelah kiri dia. Mengarah ke belakang. Yang bikin sebel adalah ketika tidak ke kiri atau ke kanan. Ke depan. Siapa lagi yang beruntung kalau bukan aku yang duduk di seberang?
Duduk di bagian belakang omprengan kijang, yang duduk berjarak dekatan. Wajah hanya dipisah jarak kurang lebih 50 centimeter. Bisa kalian bayangkan? Bisa kalian pahami kalau rasanya mau menyumpel mulutnya?
Pengen bicara langsung, meski hanya berisi enam orang di sisi belakang, tetap saja kurasa tak elok. Pengen ditahankan, itu tadi, rasanya pengen nonjok! Padahal pagi ini Jakarta sedang macet parah. Dari pukul 06.15 tadi pagi, jam 09.00 masih di tol dalam kota arah Semanggi. Sepertinya perjalanan masih jauh :-(
Lama mencari akal bagaimana caranya biar dia mengerti!
Akhirnya setiap kali menguap terbuka, aku tutup hidung secara atraktif. Maksudnya sedemikian rupa sehingga dia melihat dan merasa. Untunglah. Sepertinya dia merasa. Mulut ditutup masker lagi.
Ngomong ngomong, aku harus selesaikan tulisan ini. Biar kalau dia menguap dan mangap bukan ke kiri atau ke kanan lagi, aku bisa menutup hidung. Udah dulu ya…
This site was… how do I say it? Relevant!! Finally I’ve found something
which helped me. Many thanks!