terpikir cabe rawit bernama sumarlin

Yang terpikir padaku ketika mendengar kata atau nama Sumarlin adalah istilah Tight Money Policy. Gerakan Pengetatan Uang (jumlah) beredar. Konon pada tahun 1987, perekonomian Indonesia menghadapi kesulitan. Terjadi defisit pada neraca pembayaran, harga berbagai komoditi ekspor menurun, terjadi spekulasi di pasar valuta asing. menghadapi kondisi ini, pemerintah bersama Bank Indonesia melakukan pengetatan moneter yang biasa dikenal dengan Gebrakan Sumarlin I. Pengetatan dilakukan diantaranya dengan cara manaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Pemerintah juga ‘memaksa’ Badan Usaha Milik Negara untuk mengalihkan dana mereka yang sebelumnya ditempatkan di bank, dibelikan SBI. Kebijakan ini terbukti berhasil medibelikan yang dimilikinya BUMN) pada perbankan untuk ditempatkan pada SBI. Tindakan yang dikenal dengan Gebrakan Sumarlin I ini – karena dilakukan oleh Menteri Keuangan Sumarlin. Uniknya hal tersebut dilakukan ketika Sumarlin menjabat sebagai Menteri Keuangn ad interim. Karena Menteri Keuangan sesungguhnya, Radius Prawiro, sedang melakukan perjalanan dinas ke luar negeri. Jabatan sesungguhnya yang saat itu diemban oleh Sumarlin adalah Menteri/Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Menurutku, sepenggal kisah perjalanan hidup Sumarlin tersebut, cukup untuk menunjukkan kecakapan seorang Sumarlin. Seorang anak desa yang kiprahnya akhirnya mendunia. Bahkan pernah diganjar sebagai Menteri Keuangan terbaik pada tahun 1989 oleh majalah berpengaruh Euromoney. Dilanjutkan mendapatkan gelar yang sama pada tahun 1990 dari majalan Asia Money. Satu diantara sedikit orang Asia yang dianugerahi gelar serupa.

Sumarlin sendiri, ternyata merupakan pembantu Presiden Soeharto yang paling sering mendapat jabatan rangkap. Sumarlin dua kali menjadi Mendikbud ad interim, dua kali menjadi Menteri Pertambangan dan Energi ad interim, dua kali menjadi Menteri Perhubungan, tiga kali menjadi Menteri Perdagangan, dan tiga kali menjadi Menteri Transmigrasi dan Koperasi. Dan sebagaimana kisah Gebrakan Sumarlin I di atas, justru pada saat menjabat sebagai menteri ad interim, Sumarlin hampir selalu melakukan gebrakan-gebrakan yang mengejutkan.

Satu kisah gebrakan lain yang dilakukan Sumarlin ketika menjabat Menteri ad interim adalah, ketika beliau menggantikan Nugroho Notosusanto sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Sebelum Presiden menunjuk Fuad Hasan sebagai menteri definitif, pak Harto menunjuk Sumarlin sebagai pengganti Nugroho. Saat inilah Sumarlin memutuskan untuk menghapus kebijakan larangan bagi mahasiswa Indonesia untuk belajar ke luar negeri.

Buku yang ditulis oleh Bondan Winarno ini, secara lengkap menceritakan perjalanan hidup Sumarlin sejak kelahirannya. Sebagaimana sub judul buku ini, Cabe Rawit yang Lahir di Sawah, benar benar dilahirkan di tengah sawah, Sumarlin sempat diberi nama Katoebin (Akad-akad metu neng sabin yang konon berarti, lahir di sawah pada hari Minggu). Dan sbagaimana lazimnya pada masa itu, sering menderita sakit pada saat bayi membuat keluarga mengganti namanya. Dan sang kakek dari pihak ibu yang memilihkan nama Sumarlin pada sang cucu.

Buku ini juga berkisah bagaimana Sumarlin harus mengalami apa yang disebut sebagai broken family, karena pada usia 5 tahun ayah dan ibunya bercerai. Bagaimana kedekatannya dengan keluarga pamannya, hingga menjadi pegawai perusahaan swasta di Jakarta. Ketika menjadi pegawai inilah, perkenalan Sumarlin dengan ekonomi dimulai. Karena selain bekerja sebagai pegawai, Sumarlin juga menyempatkan diri untuk kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dunia dimana akhirnya kecermelangannya mendapat perhatian Soemitro Djojohadikusumo sehinggai diangkat sebagai asisten dosen (yang didahului menjadi sebagai tutor untuk adik kelasnya meski gelar sarjana muda belum diraih).

Sejara runut, buku yang dibagi dalam bab yang diberi judul dengan bagian tumbuhan (mulai akar untuk bab 1, batang untuk bab 2, dahan, cabang, daun, bunga dan buah untuk bab selanjutnya) menceritakan perjalanan hidup seorang Sumarlin. Pada beberapa bagian, ditambahkan juga data yang bersumber dari hasil riset yang dilakukan oleh penulis. Namun ada beberapa data yang menurutku kurang pas dan harus diperiksa lagi.

Yang pertama adalah perihal Jenderal M.Jusuf. Pada halaman 294 saat menceritakan pengangkatan pak Marlin sebagai ketua Badan Pemeriksa Keuangan menggantikan M. Jusuf, disebutkan bahwa pak Jusuf pernah menjabat sebagai Kepala Staf angkatan Darat. Padahal seingatku, meski pak Jusuf mengakhiri karir militernya sebagai Panglima ABRI, pak Jusuf belum pernah menjabat sebagai KASAD. Semoga sumber dataku salah.

Catatan berikutnya adalah, pada halaman 312. Disebutkan Bank Bali digabungkan dengan Bank Danamon, dan kini menjadi salah satu bank swasta terbesar Indonesia. Nama Bank Bali memang sudah tidak ada di industri perbankan Indonesia. Sekarang namanya menjadi Bank Permata. Bank ini merupakan hasil merger dari 5 bank di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yakni PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot pada tahun 2002.

Sementara Bank Danamon sendiri, menerima hasil peleburan beberapa bank yang terdiri dari PT Bank PDFCI, Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank International dan PT Bank Risjad Salim Internasional. Saat ini bank ini bernama PT Bank Danamon Indonesia Tbk.

Dipos di Tak Berkategori
2 Komentar Tambahkan milikmu
  1. Thank you for every other great post. The place else may anybody get
    that type of information in such an ideal manner of writing?
    I’ve a presentation next week, and I am on the look for such info.

  2. Great beat ! I wish to apprentice while you amend your web site, how can i subscribe for a blog web site?
    The account helped me a acceptable deal. I had been tiny bit acquainted of this your broadcast provided bright clear
    concept

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *