terpikir belajar yang tak berkesudahan

Mungkin salah kalau aku bilang bahwa wajar bila memiliki dua anak laki, akan disibukkan dengan pertengkaran mereka. Tapi ini bukan bercerita soal salah benar. Namun soal bagaimana berkomunikasi dengan anak.

Ceritanya soal dua junior. Yeremia dan Gabriel. Cerita biasa. Bagaimana sulung diganggu si bungsu, serta bagaimana si bungsu tidak mau kalah terhadap si sulung. Kalau tidak berhati hati menyikapinya, bisa mempengaruhi sikap mereka berdua terhadap orangtuanya. Entah benar atau tidak, itulah pandanganku.

Bermula dari pesan singkat yang dikirim Yeremia [Y] : “Papi hukum si gabriel nakal pas abang main mobilan abang sudah cape”

Dengan pemilihan kata yang sangat hati hati aku balas pesan singkat itu [P] : “Nak.abang bisa bilang pelan pelan ke adek. Abang abang itu,harus bisa atur adeknya.gak boleh langsung dihukum”

[Y] : Iya abang tau tapi nakal.

[P] : Nanti papi bicara sama adek.kalau adek tidak mau diganggu abang,adek juga gak boleh ganggu abang kalau sedang bermain

[Y] : Papi gabriel tadi ganggu

Kalau sudah begini, aku selalu ingat bahwa sebagai orangtua tidak ada kata berhenti dalam belajar menghadapi mereka berdua yang sudah dipercayakan oleh sang pemberi hidup kepada kami.

Dipos di Tak Berkategori
6 Komentar Tambahkan milikmu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *