AETERNITAS adalah perayaan hidup yang abadi, di mana masa lalu, kini, dan masa depan berpadu dalam harmoni. Demikian penjelasan singkat yang dicantumkan pada laman kiostix, platform yang dipilih KLa Project untuk menjual tiket pertunjukan perayaan 36 tahun karier mereka dalam blantika musik Indonesia. Aeternitas diklaim sebagai keabadian.
Pada awal konser yang diselenggarakan di Istora Senayan, malam tanggal 25 Oktober 2024 itu, Katon Bagaskara sang vokalis, menyampaikan bahwa konser lama itu tidak biasa. “Biasanya kita mengadakan konser besar sekali dalam 5 tahun. Namun kali ini kita menyelenggarakan konser tiap tahun”. “Kenapa kak Lilo?” tanya Katon. Dijawab oleh Lilo, “Tahun ini umur saya sudah 60 tahun. Kalau nunggu 5 tahun lagi bikin konser takutnya saya sudah nggak bisa dan nggak kuat main gitar lagi” jawab Lilo yang langsung mengundang gerr penonton. Memang demikianlah adanya. Baru tahun lalu mereka menyelenggarakan konser bertajuk Harmoni Cahaya untuk memeringati 35 tahun perjalanan mereka. Tahun ini mereka kembali menyelenggarakan konser besar bertajuk Aeternitas.
Pertunjukan malam itu dibuka dengan Gerimis 2023. Lagu yang diperkenalkan ketika konser KLakustik (Gedung Kesenian Jakarta, 1996). Judul awalnya Gerimis, namun diaransemen ulang dengan memasukkan unsur techno dan dirilis pada tahun 2023. Bersamaan dengan peluncuran album 35 Th Tribute To Kla Project. Berbeda dengan album Tribute sebelumnya. Kalau pada album Tribute sebelumnya, penyanyi lain menyanyikan lagu KLa, pada album tribute 35 tahun, penyanyi lain melantunkan lagu ciptaan personil KLa ketika mereka diluar KLa. Lagu Terlanjur Sayang, Kau Dimana (Adi Adrian), Negeri Di Awan, Dinda Dimana (Katon Bagaskara)
Dengan latar belakang figur ketiga personil yang ditampilkan dengan garis-garis bernuansa lampu neon warna-warni. Selanjutnya mengalirlah lagu-lagu sejak album pertama (KLa) hingga album ke-sembilan (Exellentia). Kata Katon, pertunjukan malam itu dibesut oleh Edy Khemod yang berpengalaman menangani konser-konser besar tanah air, yang bertindak sebagai creative director. Ada suguhan visual pada latar belakang panggung dan sisi kiri kanan yang seringkali menampilkan aksi panggung personil secara close up.
Sebagaimana konser sebelumnya, terdapat beberapa public figure yang menempati tempat duduk area VIP. Beberapa yang terlihat diantaranya dari kalangan musisi adalah Eross Jarot dan Once Mekkel. Sementara dari politisi ada Yenny Wahid, Arsjad Rasjid dan Maffud MD. Mungkin ada hubungan dengan aktivitas Adi Adrian dalam pilpres terakhir yang merapat ke kubu 03. Entah apakah ada hubungannya dengan hal tersebut, pada konser kali ini ada ‘pesan politik’ yang disampaikan KLa. “Banyak yang janji bikin gedung konser tetapi enggak jadi-jadi. Ini di gedung konser apa bukan ya?. Makanya kita persembahkan lagu ini untuk para penguasa pemerintah” ucap Katon disela pertunjukan. Sebagaimana diketahui, sepuluh tahun terakhir, pemerintah berbeda kubu dengan calon Presiden yang didukung (personil) KLa dalam pilpres terakhir 😊
Keberadaan public figure ini sekaligus menjawab mengapa dalam seatting arrangement konser ada panggung di tengah. Tepat di depan area VIP dan berada di belakang Festival. Pada lagu ke-16, KLa pindah panggung ke tengah untuk membawakan lagu Semoga dan Belahan Jiwa dengan hanya diiringi keyboard, gitar, bas dan biola. Sebagaimana biasa celutukan-celetukan khas Romulo ‘Lilo’ Radjadin keluar dengan lepas. Mengundang tawa. Termasuk ketika gitar yang disiapkan untuk dipakainya, settingannya tidak pas alias fals. Akhirnya Lilo menggunakan gitar yang sebelumnya disiapkan untuk Katon. Mengalunlah lagu Belahan Jiwa. Di tengah lagu, KLA kembali memberikan kejutan. Mengundang Once Mekkel yang berada di baris depan penonton untuk ikut bernyanyi. Mungkin bolehlah dianggap sebagai bintang tamu dadakan.
Soal bintang tamu ini juga berbeda dari konser sebelumnya. Kali ini KLa hanya mengundang satu bintang tamu. Adalah Lomba Sihir yang didaulat untuk melantunkan Rentang Asmara, single kedua dari album perdana mereka. Sebelumnya Lomba Sihir juga telah merekam lagu ini dan diperdengarkan lewat platform digital.
Secara keseluruhan menurutku penampilan mereka tidak jauh berbeda dengan konser-konser sebelumnya. Tetap sederhana dan tidak memberi ruang banyak untuk aransemen baru. Section brass tetap mendapat ruang pada beberapa lagu. Atau selingan musik tradisional Sunda dengan kendangnya pada lagu Waktu Tersisa. Lagu lain selain yang sering dibawakan tidak sebanyak konser Harmoni Cahaya tahun lalu. Tahun lalu masih terdengar Jarak Dua Kota, Bantu Aku, Baiknya, Hingga Memutih Tulang, bahkan Heidelberg. Oct’92. Tahun ini yang dibawakan lebih pada lagu yang hits dari semua album sejak awal karir.
Total ada 24 lagu yang dibawakan malam itu. Sebanyak 23 lagu dari album rekaman, dan satu lagu baru bertajuk Tak Usah Mengejar Cinta. Yang konon bahkan belum ada di platform musik digital. Uniknya pada lagu ini, Katon dan Lilo bergantian melantunkan bait per bait. Sepertinya mereka lebih produktif konser daripada membuat lagu. Karena lagu baru terakhir mereka bertajuk Kita Kan Bisa dirilis ketika Covid-19 melanda Indonesia, bulan Mei 2020.
Pertunjukan malam itupun ditutup dengan pemotongan tumpeng dalam rangka peringatan 36 tahun KLa Project menghiasi musik Indonesia. Selamat ulang tahun ke-36 KLa Project. Terima kasih sudah mengisi musik Indonesia dengan karya tak biasa.
Daftar lagu:
1. Gerimis 2023,
2. Revolusi Disko
3. Menjemput Impian
4. Terkenang
5. Dekadensi
6. Kidung Mesra
7. Ratu Hati
8. Waktu Tersisa
9. Laguku
10. Pasir Putih
11. Meski Tlah Jauh
12. Lagu Baru
13. Satu Kayuh Berdua
14. Lara Melanda
15. Rentang Asmara feat Lomba Sihir
16. Semoga
17. Belahan Jiwa
18. Romansa feat Once
19. Terpuruk Ku Disini
20. Hey
21. Tak Bisa Ke Lain Hati
22. Tentang Kita
23. Yogyakarta
24. Tak Usah Mengejar Cinta
ekun79