Playboy Indonesia akan segera terbit. Bersamaan dengan itu, anggota Dewan P Rakyat [silahkan P-nya diisi sendiri…] ngebahas RUU Pornografi dan Pornoaksi. Banyak orang yang menentang. Tapi ada juga yang mendukung bahkan merasa perlu untuk menyusun petisi segala. Sang Raja kawin, ups….Raja Dangdut mempermalukan si Ratu Ngebor di depan anggota Dewan. Hebat, euy !.
Seperti biasa, atas nama moral dan agama kita merasa perlu bicara dan menentang keduanya. Seakan lupa kalau negara kita ini juga masih betah menjadi jawara negara paling korup.
Tanpa mengurangi rasa prihatin dan hormat terhadap mereka yang menjadi korban dari pemerkosaan [bukankah katanya pemerkosaan diakibatkan karena pornografi dan pornoaksi ?], aku rasa ada yang lebih penting daripada sekedar membahas porno-pornoan itu.
Kenapa juga begitu banyak energi yang dihabiskan, tidak digunakan untuk ‘menekan’ pemerintah segera menuntaskan masalah korupsi itu ? Soal majalah Playboy, coba singgah di kios koran. Lihat ada berapa banyak tabloid yang mencoba mengimbangi Playboy bebas diperjualbelikan dengan harga yang tidak sampai lima ribu perak! Tidak peduli siapa pembelinya, anak sekolah atau orang kantoran.
Atau coba lihat tayangan televisi di tengah malam selama seminggu. Berapa banyak yang membahas ‘seputar selangkangan’. Masih ingat buku Jakarta Undercover yang laris manis itu? Itu juga kan karena masyarakat ingin tau hal-hal sejenis. Penawaran muncul, karena ada permintaan. Ini sudah hukum alam. Atau ada yang mau membantah ?. Atau mungkin mereka yang berdemo itu gak pernah tau ?
Bukankah daripada menentang penerbitannya, lebih baik para pemuka agama, tokoh masyarakat, atau para mahasiswa itu membekali massanya dengan baik ? Mungkin dengan demikian tidak ada yang akan membeli majalah itu. Kalau tidak ada yang membeli, kan bangkrut sendiri itu penerbitnya ?. Sisi permintaannya kita tutup. Pasti tidak ada penawaran [Alllaaahhh…udah kayak ekonom aja].
BBM naik 100%, sebentar lagi Tarif Dasar Listrik dan tarif air minum PDAM juga akan naik. Salah satu penyebabnya kan karena negara ini belum bisa menata pemerintahan yang bersih, sehingga semua berbiaya tinggi. Bahasa pasarnya : Hey, pemerintah butuh duit tapi korupsinya kegedean bo….
Kemana moral dan agama yang diusung waktu demo pornoaksi itu, waktu menghadapi soal korupsi ? Atau karena korupsinya sudah menjadi budaya dan dilakukan berjamaah ?