Pilar Ekonomi-kah Pasar Modal kita ?

Pilar Ekonomi-kah Pasar Modal kita ?

Kehebohan kecil sempat terjadi di sini saat terdengar kabar Presiden Republik Indonesia akan berkunjung lagi. Ini kali kedua Megawati berkunjung ke BEJ. Pertama adalah saat membuka perdagangan Januari kemarin. Meski sempat tertunda [karena rencana awal, Presiden hadir pada pukul 11 pagi], akhirnya sore harinya Presiden sempat singgah dan menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para pelaku pasar atas terselenggaranya Pemilu tahap pertama dengan baik.

Sebagai salah satu [katanya] pilar perekonomian nasional, aku pikir memang sudah sepantasnya kunjungan ini diadakan. Bahkan bukan hanya itu saja. Menurutku pribadi, perhatian yang diberikan haruslah lebih besar daripada yang telah diberikan selama ini. Sebagai orang yang bekerja di industri ini, [dengan segala hormat kepada pihak yang berkepentingan] aku merasakan kurangnya perhatian itu. Hal tersebut jika dibandingkan dengan perhatian yang diberikan pemerintah terhadap pebankan, sebagai pilar lain.

Aku masih ingat jaman masih sekolah dasar dulu, bagaimana gencarnya pemerintah menggalakkan gerakan menabung lewat TABANAS [Tabungan Nasional] dan TASKA [Tabungan Nasional Berjangka]. Bahkan ada satu produk lagi yang sempat aku ikuti yaitu TAPELPRAM [Tabungan Pelajar dan Pramuka]. Keturunan [‘anak’ dan ‘cucu’ ?] dari ketiga produk ini telah ratusan jumlahnya sekarang, seiring dengan merebaknya jumlah bank akibat kebijakan pemerintah di bidang perbankan sekitar tahun 1988.

Jika produk pasar modal dibandingkan dengan produk perbankan tersebut, jumlahnya belumlah seberapa. Bahkan saat menyebut diri bekerja di Bursa Efek Jakarta saja, masih ada saja orang yang belum paham benar. Padahal setiap hari berbagai media menyiarkan liputannya di bursa ini. Lagi-lagi aku teringat ke jaman sekolah dasar dulu. Saat tinggal di Kabanjahe [ibukota Kabupaten Karo]. Di sana siaran televisi yang tertangkap hanyalah RTM [Radio Televisyen Malaysia] dan TV3 dari Malaysia. Pemerintah Malaysia hampir setiap hari menayangkan iklan yang mensosialisasikan aktivitas berinvestasi [seingatku istilah Melayunya adalah melabur. Sehingga investor dialihbahasakan menjadi pelabur].

Buah dari kegiatan itu telah dinikmati oleh pasar modal Malaysia sekarang. Jumlah investor pasar modal mereka jutaan. Bandingkan dengan investor di negeri ini yang masih dalam hitungan puluhan ribu. Oleh sebab itu, apabila pemerintah memang serius menganggap pasar modal adalah salah satu indikator bagusnya perekonomian negara ini, sudah sepantasnyalah segera ditempuh langkah nyata dalam peningkatan jumlah investor ini. Bisa saja dengan menerbitkan regulasi maupun dalam menerapkan sanksi bagi siapa saja yang mencoba merusaknya.

Dipos di Tak Berkategori
Satu Komentar Tambahkan milikmu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *