Pariwisata, bukan bisnis recehan

Sebenarnya, apa yang menarik dari Thailand ? Pertanyaan ini terpikirku waktu tau ada dua tour dari lingkungan sekitarku yang ‘diarahkan’ ke sana. Pertama dari tempat kerjaku. Yang kedua di tempat kerja istriku. Sebegitu hebatkah kota Bangkok, atau Pantai Pattaya ?. Apa bedanya dengan kota Jakarta, Pantai Ancol, Kuta Bali atau Lombok misalnya. Gak tau juga aku. Karena yang aku dengar, bisnis esek-esek malah laris manis di sana. Mungkin si Enda yang bisa memberi perbandingan.

Tapi rasa penasaranku terjawab sedikit waktu aku menjelajahi Google dan memasukkan kata kunci ‘pariwisata Thailand’. Dari beberapa berita yang tercantum di sana, ada satu hal yang menarik perhatianku. Perhatian pemerintahnya !. Perhatian itu tercermin dari anggaran yang diberikan untuk industri pariwisata. Thailand menganggarkan US$ 120 juta. Masih kalah jauh dari negara ini yang ‘hanya’ menganggarkan ala kadarnya. Jadi wajar saja kalau Thailand bisa menjadi jawara industri pariwisata di Asia dan rangking tiga di dunia.

Hasil mencengangkan itu dicapai di tahun 2002 dengan jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 10 juta per tahun. Padahal luas wilayah mereka hampir sebanding dengan Pulau Sumatera [512.820 km2]. Bandingkan dengan kunjungan wisata ke Indonesia pada tahun yang sama sebesar 4,9 juta. Sementara tiga tahun sebelumnya industri pariwisata mereka masih menduduki peringkat 20 dunia. Banyak yang kagum dibuatnya.

Selidik punya selidik, ternyata saat krisis ekonomi melanda Asia sekitar tahun 1998, pemerintah Thailand bertekad untuk bangkit melalui industri pariwisata. Dan kenyataan yang kita lihat sekarang, diantara negara-negara yang terkena imbas krisis kemarin itu, Thailand termasuk yang lebih dahulu bangkit. Hebat, euy ! Bandingkan lagi dengan negara kita yang di setiap kesempatan selalu berusaha mengangkat industri pariwisata ternyata malah mengagungkan investasi di sektor industri dan perdagangan.

Mungkin sebentar lagi, arah tour dari Indonesia akan berpindah ke Malaysia. Karena sekarang sudah ada maskapai baru yang berani memberikan tarif Rp.100.000 kurang serupiah untuk terbang dari Sukarno Hatta. Seingatku, Malaysia juga termasuk negara yang rajin mengkampanyekan kunjungan ke negara mereka bersama Thailand. Bahkan bersama Singapura, negara ini berani beriklan di negara kita [sempat dengar kehebohan saat Maudy Kusnaedi dihujat karena membintangi iklan Singapura].

Trus bagaimana dengan negara kita ? Mungkin kalau dipenuhi orang-orang seperti aku ini [yang kerjanya ‘ribut mulu’], kita harus puas jadi turis dan mengantar devisa ke negara mereka…….

Dipos di Tak Berkategori
2 Komentar Tambahkan milikmu
  1. Hello, i believe that i noticed you visited my weblog so i got here to go back the want?.I’m trying to
    find things to enhance my website!I assume its good enough to use
    a few of your concepts!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *