Nasihat Jiwaku
Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar mencintai semua orang yang membenciku dan berteman dengan mereka yang memfitnahku.
Jiwaku menasihatiku dan mengungkapkan kepadaku bahwa cinta tidak hanya menghargai orang yang mencintai, tetapi juga orang yang dicintai.
Sejak saat itu bagiku cinta ibarat jarring lelabah di antara dua bunga, dekat satu sama lain; tapi kini dia menjadi suatu lingkaran cahaya di sekeliling matahari yang tiada berawal pun tiada berakhir, melingkari semua yang ada, dan bertambah secara kekal
Jiwaku menasihatiku dan mengajarku agar melihat kecantikan yang ada di sebalik bentuk dan warna. Jiwaku memintaku untuk menatap semua yang buruk dengan tabah sampai nampaklah keelokannya.
Jiwaku menasihatiku dan memintaku untuk mendengar suara yang keluar bukan dari lidah maupun dari tenggorokan.
Sebelumnya aku hanya mendengar teriakan dan jeritan di telingaku yang bodoh dan sia-sia. Tapi sekarang aku belajar mendengar keheningan, Yang bergema dan melantunkan lagu dari zaman ke zaman. Menyanyikan nada langit, dan menyingkap tabir rahasia keabadian…
Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar memuaskan kehausanku dengan meminum anggur yang tak dituangkan ke dalam cangkir-cangkir yang belum terangkat oleh tangan dan tak tersentuh oleh bibir.
Hingga hari itu kehausanku seperti nyala redup yang terkubur dalam abu; tertiup angin dingin dari musim-musim bunga; tetapi sekarang kerinduan menjadi cangkirku, cinta menjadi anggurku, dan kesendirian adalah kebahagiaanku.
Jiwaku menasihatiku dan memintaku mencari yang tak dapat dilihat; dan jiwaku menyingkapkan kepadaku bahwa apa yang kita sentuh adalah apa yang kita impikan.
(by Khalil Gibran)