Kini tiba saatnya kita menyaksikan tradisi tahunan di Indonesia ini. Mudik ! Tapi tau gak kalo tradisi mudik sudah ada sejak jaman sebelum Majapahit. Gaya mudik juga beragam, mulai dari yang sendiri-sendiri beserta keluarga hingga yang terorganisasi.
Kegiatan yang satu ini ‘merepotkan’ bukan hanya pemudik itu sendiri. Tapi hingga pejabat tinggi setingkat Menteri. Untuk urusan ini Menteri Perhubunganlah yang paling repot karenanya. Karena harus memastikan semua pemudik terangkut oleh sarana perhubungan yang ada. Baik darat, laut maupun udara. Sementara jumlah pemudik setiap tahun bertambah. Katanya naik sekitar 10 persen dari tahun lalu.
Untuk itu tidak salah rasanya kalau segenap perhatian dicurahkan untuk urusan mudik ini. Mulai dari stasiun teve, radio, koran, majalah, bahkan sampe operator telepon berlomba-lomba memanjakan pemudik dengan caranya sendiri. Stasiun teve dan radio menyiarkan laporan pandangan mata seputar terminal maupun rute yang dilalui pemudik. Majalah dan koran, selain memuat laporan dari tempat-tempat seperti yang dipantau oleh dua media di atas, juga memberi peta serta tips mudik.
Tapi aku gak tau kenapa hanya peta pulau Jawa yang dimuat. Apa mungkin ada kaitan dengan tradisi di atas ya ?. Baru pada Kompas hari ini aku menemukan peta untuk pulau sumatera. Operator ponsel juga tak mau ketinggalan memberikan layanan yang memanjakan pemudik.
Tapi, menariknya meski kadang kegiatan ini menimbulkan sengsara untuk beberapa pihak, tetap saja tidak mengenal diskriminasi. Mulai dari pejabat tinggi hingga rakyat jelata seolah tetap menikmatinya.
Ada satu yang dikhawatirkan dalam mudik. Bukan kenyamanan jalan namun bertambahnya jumlah penduduk satu kota. Ini terkait dengan pemudik yang kadang suka membawa saudara-saudaranya untuk tinggal di kota asalnya. Dan meski sudah berlangsung berulang-ulang sejak ratusan tahun lalu, tetap saja pelaksanaannya masih belum seperti yang diharapkan. Banyak pihak yang masih belajar dari mudik ini.