Monyet Yang Ingin Menjadi Manusia

Beberapa masa yang lampau, terdapat seekor monyet yang telah lama bertapa sehingga monyet ini memiliki sedikit pengetahuan tentang kebenaran. Sang monyet mengetahui bahwa kehidupan manusia merupakan kehidupan yang jauh
lebih baik dibandingkan kehidupannya sebagai monyet.

Sang monyet kemudian menghadap Bunda Mulia, memohon agar dapat dirubah menjadi manusia. Sang monyet merasa iri-hati melihat manusia dapat memiliki kulit lebih halus, wajah lebih baik, dan mempunyai akal budi untuk menikmati segala berkah yang ada di dunia.

Mendengar permohonan sang monyet yang tiada hentinya, Bunda Mulia memberitahukan bahwa untuk dapat menjadi manusia, bulu ditubuh sang monyet harus dicabut satu persatu terlebih dahulu seluruhnya. Sang monyet menyetujui saran dari Bunda Mulia, lalu Bunda Mulia mengutus dua penjaga Sorga Barat untuk membantu sang monyet mencabuti bulu-bulu dibadan sang
monyet. Setiap kali penjaga sorga danau jade ini mencabut bulu dibadan sang monyet, sang monyet menjerit kesakitan. Setelah beberapa cabutan, sang monyet berlari menjerit-jerit karena menahan rasa sakit. Akhirnya sang monyet memohon kepada kedua penjaga sorga untuk berhenti mencabuti bulunya, karena dirinya tidak sanggup lagi menahan rasa sakit.

Seorang penjaga lalu berkata, “Hanya dengan rasa sakit demikian saja anda sudah tidak sanggup. Bagaimana mungkin anda dapat menjadi manusia. Ketahuilah bahwa penderitaan yang anda rasakan sekarang sangat tidak berarti jika dibandingkan dengan penderitaan yang harus dialami oleh manusia. Penderitaan manusia akan sangat jauh lebih sakit.”.

Demikian pula dengan para mahluk, telah banyak ajaran-ajaran Dharma yang memberikan jalan menuju kesempurnaan sejati. Bilamana manusia berhenti ditengah jalan bagaimana dapat mencapai kesempurnaan sejati. Banyaknya para mahluk yang berhenti ditengah jalan disebabkan berbagai hal seperti: tidak lagi kuat menghadapi kehidupannya, rasa malas, rasa bosan, rasa takut dan khawatir, rasa tidak sabar, rasa marah, rasa masa bodoh, dsb.

Bilamana kita berhenti berlatih karena kita merasa tidak sanggup lagi menghadapi penghalang yang timbul dari dalam diri, bagaimana mungkin kita dapat menjadi mahluk spiritual. Untuk menjadi mahluk spiritual, terlebih dahulu kita harus mencabuti seluruh penghalang yang ada didalam diri kita. Bila kita tidak dapat menghilangkan rasa malas, rasa marah, dsb. Bagaimana
kita dapat mencapai cita-cita kita untuk menjadi mahluk spiritual yang terbebaskan dari segala penderitaan.

(dikutip dari buku “Kisah-Kasih SpiritualBagian 3 – Wisnu Prakasa”)

Dipos di Tak Berkategori

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *