Manortor, Tanggapan atas Kolma Detik Com

Kebangetan juga ini detikcom. Meski ada ingkaran [disclaimer] yang menyatakan bahwa Kolom Lima Alinea-nya yang ditulis seorang wartawan yang bernama Chaidir Anwar Tanjung, adalah pendapat pribadi penulis dan tidak mencerminkan institusi tempatnya bekerja. Bang Tanjung menulis bahwa masih untung Megawati menyebut Pemerintahan SBY menari Poco Poco dan bukan Manortor. Sebab menurut beliau, dalam manortor hanya ada gerakan lambat seperti siput, tapi jari penarinya saling bergerak untuk menjepit uang.

Entah, apakah dia berpihak kepada Megawati atau SBY sehingga berpendapat demikian. Enggak tau juga, apakah aku yang belum mempelajari sepenuhnya adat Batak, atau Bang Tanjung ini. Karena menurut aku apa yang disampaikannya tidak sepenuhnya benar. Apalagi Bang Tanjung menambahkan, manortor baru afdol kalau ada yang memberikan uang ke jemari penarinya. Bang Tanjung masih menambahkan, kalau orang Batak berkata, hepeng do mangatur negaraon [Uanglah yang mengatur negara]. Seolaholah ini adalah prinsip orang Batak. Padahal ungkapan itu muncul karena negara di ini korupsi sudah berjamaah. Segala urusan memerlukan uang pelicin. Mirip dengan akronim SUMUT [Singkatan untuk Sumatera Utara] yang dipanjangkan menjadi Semua Urusan Melalui Uang Tunai.

Kembali ke masalah manortor, manortor adalah tarian khas suku Batak. Ada beragam jenis tortor. Beragam pula gerakannya. Aku gak tau persis tortor apa yang gerakannya seperti digambarkan Bang Tanjung yang gerakannya lambat seperti siput. Dan dalam acara adat apa tortor itu dipakai. Yang pernah aku ikuti, bahkan dalam proses kematian Ompung [kakek] ku gerakan tortor yang kami [cucu-cucunya] lakukan adalah gerakan tortor yang gembira. Karena demikianlah kepercayaan yang kami anut. Apalagi kalau yang meninggal telah gabe. Semua anak-anaknya telah menikah, dan telah memberi cucu kepada yang meninggal. Baik dari anaknya lelaki maupun perempuan. Upacara adat kematian seperti ini, sering disebut juga Saur Matua. Disitulah anehnya. Acara yang mestinya penuh dengan dukacita, kami [warga Batak] rayakan dengan sukacita.

Mungkin memang ada jenis tarian tortor yang gerakannya lambat seperti siput dengan jari penarinya saling bergerak menjepit uang, sebagaimana digambarkan Bang Tanjung. Namun mungkin dia lupa kalau tangan sang penari menjepit uang, tentu saja ada yang memberi uang. Nah si pemberi uang itu, memberikannya dengan manortor. Kalau sudah begini, sisi panortor [penari] manakah yang sebenarnya diambil sebagai analogi oleh Bang Tanjung, untuk menggambarkan pemerintahan SBY? Biarlah hanya dia yang tau !

3 Komentar Tambahkan milikmu
  1. Fantastic beat ! I would like to apprentice while you amend your site,
    how could i subscribe for a weblog web site? The account aided me a
    acceptable deal. I were tiny bit familiar of
    this your broadcast provided vivid clear concept

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *