terpikir kalau aku seorang koruptor

Tulisan ini aku dapat dari mailing list SMA ku dulu. Penulisnya seorang teman yang adik kelasku dan sempat bersama-sama aktif dalam sebuah organisasi.

Beberapa hari terakhir ini beredar wacana mengenai seragam baru para Koruptor. Maka Saya sebagai seorang koruptor ingin menanggapi.

Saya adalah seorang Koruptor kelas kakap, uang saya tersimpan hampir di semua bank yang ada di Indonesia ditambah dengan beberapa deposito yang tersimpan di Bank Swiss, tentu saja. Rumah dan tanah saya?. Oh….jangan tanya lagi, jumlahnya puluhan buah dan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia belum lagi beberapa apartemen yang nilainya miliaran rupiah dan terletak di daerah-daerah strategis di ibukota negara ini.

Mobil?. Semuanya keluaran terbaru dari merek-merek ternama keluaran Eropah maupun Amerika. Anak saya ada empat, semuanya tamat dari luar negeri dan sekarang mereka juga bekerja di luar negeri. Dan sssstt…. saya juga punya beberapa istri simpanan yang saya tempatkan di apartemen-apartemen saya itu, kalau ini jangan bilang siapa-siapa ya!, ini rahasia.

Bagi saya, hidup ini amat menyenangkan. Tidak seperti orang lain yang banting tulang setiap hari, tapi hasilnya hanya cukup buat makan, kalau mereka sakit?, yah ngutang saja. Banyak orang mengatakan bahwa apa yang saya lakukan itu salah, dosa. Ah…. bodoh amat lah . Toh yang seperti saya ini kan banyak sekali, jadi saya tidak sendirian toh?, lagipula kalau karena jabatan saya, kemudian ada orang lain yang memberi ‘sepeser dua peser’, lalu saya terima dengan senang hati, apa itu salah? Saya toh tidak meminta-minta, ya kan? Lagi pula apa gunanya saya menjadi pejabat kalau tidak bisa seperti itu? Saya kan sudah bersusah payah mengumpulkan uang dan melakukan lobi-lobi untuk mendapat jabatan ini? Lha kalau saya nggak mendapat apa-apa, yah…nggak adil dong, nggak impas, buat apa jadi pejabat?

Namun akhir-akhir ini ketenangan dan kesenangan saya terusik. Beberapa pejabat KPK menangkap basah saya sedang terima ‘rejeki’. Yah, saya memang sedang apes,pes,pes,pes. Lalu mereka menjerat saya dengan pasal-pasal anti korupsi. Dan yang lucunya lagi, katanya saya akan dibuatkan kostum baru yang bertuliskan ‘KORUPTOR’. Saya ingin tertawa ha..ha..ha.., apa tujuannya kostum seperti itu.. Untuk memberi efek jera?, untuk mempermalukan?, ha…ha..ha..apa mereka lupa bahwa orang seperti saya ini sudah tidak punya rasa malu. Coba anda bayangkan, saya harus malu pada siapa?, bukankah hampir setengah dari penduduk negeri ini adalah koruptor juga? Bukankah kalau saya di penjara, akan bertemu dengan teman-teman sesame koruptor juga? Lalu siapa mempermalukan siapa ha…ha…ha.. lucu sekali.

Katanya lagi supaya keluarga saya juga turut merasa malu sehingga memberi efek jera. Ah omong kosong semua itu. Rupanya mereka juga lupa kalau keluarga para koruptor seperti saya sudah diungsikan ke luar negeri, sekolah di luar negeri, bekerja di luar negeri, lalu menikah juga di luar negeri, dan akhirnya akan masuk warganegara luar negeri. Meskipun mereka tahu bapaknya adalah koruptor tapi teman-temannya khan tidak tau, lalu kenapa harus malu? Malu pada siapa?…..siapa?….siapa?…..

Saya justru membayangkan, kalau suatu saat kostum ‘koruptor’ seperti yang sedang diwacanakan saat ini justru akan memberikan kemudahan-kemudahan bagi saya dan ‘teman-teman’ yang lain. Semua orang, dan anda sendiri khan tau kalau koruptor itu pasti punya uang banyak, iya khan, iya khan? Nah begitu saya datang ke sebuah restoran dengan kostum kebanggaan saya, maka semua pelayan-pelayan disitu akan langsung ingin melayani saya, menanyakan pesanan dengan ramah, membawakan pesanan dengan baik dan mempersilahkan saya makan, mungkin juga akan berusaha menemani saya makan. Apa tujuannya?, tentu saja tip dari saya. Sebagai koruptor, saya memang selalu royal dalam memberikan tip.

Begitu juga kalau saya masuk ke sebuah pusat perbelanjaan terkenal, maka semua SPG akan berlomba menyapa saya, menanyakan keinginan saya, membawakan barang-barang kwalitas terbaik yang mereka punya dan menjelaskan dengan ramah apa kelebihan dari barang-barang yang mereka jual kecuali harga tentunya. Sebagai seorang koruptor, saya tidak pernah membeli barang berdasarkan harga, maka semua yang mereka tawarkan kepada saya akan saya beli.

Kalau saya masuk ke sebuah pesta dengan kostum saya, maka semua pelayan akan mendatangi saya, menempatkan saya di kursi terbaik kemudian berusaha menemani saya supaya tidak sendirian, karena mereka tahu, saya pastilah akan memberikan sumbangan yang besar. Ha….ha…ha…menyenangkan . Hanya dengan memakai kostum ‘KORUPTOR’, saya akan mendapatkan kemudah-kemudahan, hmmmm……..

Bagaimana semua itu bisa terjadi? Ya, bisa. Seperti yang kita tahu, saat ini karena begitu gencarnya pemberitaan di televisi mengenai korupsi ini, membuat masyarakat menjadi terbiasa dengan kata korupsi dan koruptor. Masyarakat sekarang kalau mendengar kata koruptor, berarti seorang yang mengambil uang yang bukan haknya, hanya itu, tidak lagi menganggap bahwa itu salah, dosa, tidak etis, dan menganggap sang koruptor adalah manusia biasa saja. Masyarakat kita sudah semakin permisif. Seorang koruptor bahkan menjadi terkenal dan dihormati karena dianggap mempunyai uang, dan harta dimana-mana. Masyarakat kita sudah sampai pada tingkat yang memdewakan uang. Sehingga siapa saja yang punya uang akan dianggap hebat dan dihormati, tidak perduli uangnya datang dari mana.

Lalu bagaimana sikap saya sebagai koruptor? Saya hanya akan senang-senang saja. Kalau saya bebas dari jeratan hukuman ya terimakasih. Kalau saya harus dipenjara seumur hidup, itu juga bukan masalah. Harta yang sudah saya tumpuk sudah bisa menghidupi keturunan saya sampai tujuh turunan. Saya sudah tidak perlu memikirkan masa depan anak-anak saya, karena mereka semuanya sudah berhasil. Jika ada kesempatan untuk kabur dari penjara, boleh juga dilakukan, saya tinggal ganti penampilan dengan membayar salon yang mahal. Pokoknya saya hanya akan senang-senang saja. Maka saya akan bernyanyi ‘Disini senang, disana senang, dimana-mana hatiku senang, di penjara senang, diluar senang, dimana-mana hatiku senang, lalala, lalalala, lalala, lalalala, lalala, lalalala lalala”

Demikian sedikit ulasan dariku

SANG KORUPTOR

Cat: Tulisan ini ditulis sebagai sikap keprihatinan akan tingkat korupsi yang tinggi di Negara ini.

Best regard

Megawaty Pardede

Dipos di Tak Berkategori

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *