terpikir high risk, high return

Bulan lalu, Mama khusus mengirim sms menanyakan apakah aku pernah bertemu dengan seorang teman SMP-ku yang kebetulan tinggal dekat rumah di Medan. Mama menanyakan ini kepadaku karena konon katanya sang teman bekerja di industri yang sama dengan tempatku bekerja. Bursa Efek!. Sebenarnya hal itu belum yang utama. Yang lebih menghebohkan tetangga di lingkungan kami itu, sang teman baru saja mudik untuk ‘meresmikan’ selesainya renovasi rumah yang ditinggali orang tuanya di Medan. Tidak cukup hanya membangunkan rumah yang katanya lumayan megah, sang teman juga membelikan sebuah Innova kepada orangtuanya dan dua buah angkot buat saudaranya. Sesuatu yang terus terang membuatku sempat kagum sekaligus khawatir.

Kagum karena menurutku sang teman berhasil membuat bangga orangtuanya. Karena usia kami yang sebaya menurutku kehidupan sang teman telah berada jauh di tingkat mapan. Saat aku baru bisa menabung sedikit untuk membeli rumah buat keluarga kecilku, sang teman telah jauh meninggalkanku dengan membangunkan rumah plus membeli perlengkapannya kepada orangtuanya. Saat itu, aku hanya bilang ke Mama kalau memang sang teman bekerja satu industri denganku aku bisa cari tahu keberadaan dia. Aku juga bilang saat ini orang sering rancu membedakan antara Bursa Efek dengan Bursa Berjangka. Namun aku berjanji untuk mencari tahu juga. Dan beruntung ada google. Aku berhasil ketemu dan berbicara melalui telepon dengan sang teman hanya dengan mengetik namanya di mesin pencari itu. Dugaan awalku benar. Dia bekerja di satu perusahaan yang menjadi anggota Bursa Berjangka.

Namun kekagumanku diikuti dengan rasa khawatir karena belakangan Bursa Berjangka menuai banyak berita miring. Banyak pihak yang merasa dirugikan dengan maraknya upaya penipuan yang mengatasnamakan instumen perdagangan di bursa berjangka. Semacam index Hang Seng, Future Trading dan sejenisnya. Namun aku mencoba menghilangkan kehawatiran itu dan tetap berpikir positip bahwa aku punya seoran teman yang hebat!. Aku berharap satu saat aku bisa bertemu dengan sang teman untuk sekedar berbagi cerita soal masa lalu dan sekarang.

Sampai kepada minggu lalu saat koran dipenuhi dengan headline soal menghilangnya seorang bernama Leonardus Patar Muda Sinaga dengan membawa serta keluarganya dan uang ‘nasabah’ sebesar 2 Triliun Rupiah !. Modus operandi yang digunakan bang Naga satu ini, tidak jauh berbeda dengan yang digunakan oleh QSAR serta Ibist yang juga sempat heboh itu. Dengan iming-iming memberi keuntungan 2 persen sebulan, bang Naga berhasil memikat ratusan orang yang ingin menggunakan jalan pintas untuk segera kaya. Sesuatu yang tidak masuk akal sehat saat perbankan hanya memberi bunga dibawah 10 persen setahun !.

Mendadak aku ingat lagi dengan sang teman. Aku ingat nama perusahaan tempat dia bekerja mirip dengan perusahaan bang Naga yang digunakan untuk menggalang dana besar itu. Ternyata benar. Keduanya masih dimiliki oleh bang Naga. Selain itu masih ada satu Perusahaan Efek yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Kekhawatranku ternyata ada benarnya juga. ditambah dengan Minggu pagi aku membaca nama sang teman di harian Pos Kota. Bersama dengan Direkturnya, dia menjadi tersangka dan sedang diinterogasi di Polda Metro Jaya. Buru-buru aku menelepon ke Mama untuk mengabarkan soal ini. Mama kaget. Aku bilang ke Mama, tak apalah aku belum bisa membangunkan rumah megah untuk dia. Daripada aku harus ke Komdak dan menginap di sana. Si Mama hanya ketawa saja.

Mudah-mudahan apa yang terjadi dengan sang teman [juga bang Naga] menjadi yang terakhir terjadi di Republik ini. Sah-sah saja orang kepengen cepat kaya. Namun yang aku tahu selain mendapat warisan :-p, kerja keras hanyalah satu-satunya cara untuk mencapai apa yang sering disebut orang Kebebasan Finansial [jangan tanya aku maksudnya jargon ini :-)].

Kalau boleh memberi pesan, bila ingin berinvestasi ada banyak cara yang halal dan benar. Masih banyak pilihan masuk akal. Mulai dari menabung di bank, membeli properti, membeli emas, juga bisa berinvestasi di pasar modal atau pasar komoditas. Selain itu, satu yang paling penting diingat adalah hukum dasar investasi. High Risk, High Return. Tidak ada high return yang low risk.

Bila ingin belajar investasi di Pasar Modal, silahkan hubungi BEJ. Karena tiap hari Rabu ada kelas pengenalan Pasar Modal. Selain itu BEJ juga sedang promosi dengan slogan Tahu caranya, tahu resikonya pasti tahu keuntungannya !. Kalau tidak salah Bursa Berjangka Jakarta juga mempunya program serupa.

[untuk seorang teman yang sekarang jadi ‘tamu’ Kombes Carlo B. Tewu]

2 Komentar Tambahkan milikmu
  1. sorry, BOS….
    perasaan aku gak menyebut nama temanku itu. yang aku sebut adalah nama bandit yang menghilang dan temanku itu jd korban
    tolong dibaca lagi :-p

  2. Wow..Nama lengkapnya kok dicantumin? Inisial aja cukup, apalagi itu temen kamu, ga baik, bisa2 kamu diminta keterangan oleh polisi ttg keluarga dia di Medan, alamat rumahnya,dlsb…Mohon Hati2 kalau menyangkut data pribadi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *