Tanggal 22 Desember di Indonesia setiap tahun dirayakan sebagai hari ibu .Konon pemilihan tanggal ini sebagai hari ibu karena pada tanggal inilah, tujuhpuluh tujuh tahun lalu diselenggarakan kongres perempoean pertama Indonesia di Jogjakarta.
Perayaan hari ibu tahun ini memberi pengalaman lain buat keluargaku. Ibuku harus menjalani Masektomi [pengangkatan payudara]. Dikarenakan ada tumor di payudara. Meski menurut pemeriksaan laboratorium, tumor ini masih stadium 1-2 [istilah kedokteran yang susah buatku untuk menjelaskannya], kami sekeluarga -aku sebagai anak tertua,istri,adik-adikku dan Tulang [saudara ibu tertua] sepakat dengan saran dokter bahwa pengobatan yang dilakukan haruslah dengan Masektomi.
Alasan utama adalah,sebelum penyakit ini menjalar kemana mana lebih baik diisolasi saja.
Mendengar hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan terhadap jaringan yang telah diangkat lebih dahulu pada tanggal 3 Desember 2005 lalu, ibuku menangis. Meski kepada dokter beliau mengatakan siap untuk menjalani Masektomi secepatnya, aku yakin dalam hati kecilnya beliau shock berat dan tak sepenuhnya bisa menerima. Sebagai laki-laki [meski tak sepenuhnya mengerti perasaan wanita mendengar kabar seperti ini] aku bisa memahami bagaimana sedihnya ibuku mendengar kenyataan ini. “Aku harus kehilangan sesuatu yang diciptakan Tuhan. Sudah tidak sempurna lagi” katanya. Namun mau tidak mau tindakan kedokteran ini haruslah dijalani. Keluarga kami tidak mau kalau hal ini tidak dilakukan sekarang,penyesalan lebih besar datang di kemudian hari. Sudah banyak cerita dan kisah yang kami dengar seputar penyakit seperti ini. Meski kami percaya bahwa semua sudah ditentukan oleh Sang empunya hidup, kami juga percaya bahwa manusia diberi kemampuan untuk mengobati penyakit yang diderita manusia.
Kami sekeluarga perlahan-lahan membujuk,memberi pengertian serta membesarkan hati beliau. Bahkan sejak awal sekali tanda-tanda penyakit ini terdeteksi. Kesempatan mudik lebaran kemarin kami sempatkan untuk melakukan pemeriksaan intensif [USG dan Mammografi] di Medan. Kami juga menyarankan agar beliau segera ikut kami ke Jakarta untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sempat terpikir untuk menjalani pemeriksaan di rumah sakit di Penang,Malaysia. Tempat dimana telah menjadi alternatif pertama oleh banyak penduduk di kota Medan untuk tindakan-tindakan operasi. Alasan yang lebih masuk akal adalah, dibandingkan dengan Jakarta biaya di sana sering lebih murah. Akhirnya kami memutuskan untuk dilakukan di Jakarta saja. Sebab disini ada Tulang yang kebetulan dokter dan punya beberapa kolega yang bisa menanganinya. Kami juga berharap dengan demikian kami lebih bisa memahami alasan serta tindakan kedokteran yang akan diambil. Sesuatu yang belum tentu kami dapatkan kalau tidak kami lakukan di Jakarta.
Operasi pertama dilakukan tanggal 3 Desember di RS FK UKI di Cawang. Operasi Masektominya dilakukan di RS PGI Cikini tanggal 22 Desember. Yang mungkin membuat ibu semakin sedih,operasinya justru dilaksanakan tepat di hari ibu dan oleh karena masih dalam proes pemulihan pasca operasi, kami mesti merayakan malam Natal di rumah sakit.
Meski harus bolak-balik Jatibening, Cikini, Semanggi [kantorku], Pluit [kantor istri], Grogol [aku harus ujian tengah semester mata kuliah Rekayasa Keuangan] dan Kebonjeruk [sementara Yeremia kami ‘ungsikan’ ke rumah mertuaku], serta pindah tidur di kamar perawatan rumah sakit, kami menikmatinya karena semua demi kesehatan beliau.
Untuk para ibu, terutama ibuku, istri dan ibu mertuaku SELAMAT HARI IBU!