Bukan Puntung Rokok !

Tanpa bermaksud promosi, saat ini aku sedang membaca satu buku yang berjudul ‘Bukan Puntung Rokok’. Sebuah buku yang merupakan memoar pribadi Letjen Soeyono [LS]. Mungkin kita masih ingat LS merupakan Kepala Staff Umum ABRI yang dicopot dari jabatannya sesaat setelah peristiwa 27 Juli terjadi pada tahun 1996. Aku tertarik membaca dan membeli buku tersebut hanya karena berita yang mengatakan bahwa dalam tempo sebulan, buku tersebut sudah dicetak ulang. Konon bukan karena banyak yang membeli tapi karena ada yang memborong. Kabarnya yang memborong adalah pihak-pihak yang tidak senang terhadap kebenaran yang disajikan dalam buku tersebut.

Memang aku belum selesai membaca buku tersebut. Dan tidak bermaksud untuk membahas masalah politis di balik ‘laris’nya buku tersebut. Dari yang sudah aku baca, aku sekedar ingin membagi hikmah yang bisa kita ambil. Kalau kita sadari, kejadian yang dialami oleh LS bisa menimpa kita juga. Baik dalam kehidupan keseharian maupun dalam lingkungan bekerja. Setiap saat jabatan, posisi atau peran yang sedang kita jalani bisa saja diambil atau dirampas ! [pemilihan kata yang sengaja mendramatisir ^_^]

Secara pribadi, aku baru saja mengalaminya. Baru 13 Mei malam kemarin berbicara dan mengucapkan selamat ulangtahun kepada seorang pamanku [adiknya Bapak], pada 14 Mei subuh aku mendapat kabar kalau Beliau sudah meninggal dunia karena kecelakaan di jalan Pramuka. Kejadiannya hanya sekejap !.
Di lingkungan kerja mungkin sama. Saat ini si A bekerja sama atau ke exim bersama dengan kita di kantor ini, besok bisa saja tiba-tiba dia mengirimkan email atau mengucapkan perpisahan kepada kita.

Teman-teman, tanpa bermaksud menggurui, selain bersiap-siap apa yang bisa kita lakukan [mungkin sekali lagi mungkin] adalah mencoba mencegah hal ini terjadi. Dalam kehidupan keseharian, kita harus sadar bahwa satu saat, kita juga akan ‘dipanggil’ untuk menghadap kepadaNya. Apa yang bisa kita lakukan adalah memperbanyak amal ibadah.

Mungkin sedikit berbeda dengan di lingkungan kantor [meski harus menyadari juga bahwa pemutusan hubungan kerja bisa saja terjadi setiap saat apalagi dalam situasi seperti sekarang ini], apa yang bisa kita lakukan adalah : bekerja dengan sungguh-sungguh serta meminimalkan kesalahan yang bisa menjadi alasan memerintahkan kita untuk menunggu di rumah yang untuk selanjutanya seperti menunggu godot.

204 Komentar Tambahkan milikmu
  1. Nice commentary. last thirty times I uncovered this online internet internet site and desired to permit you be conscious that i’ve been gratified, heading by way of your site’s posts. I should undoubtedly be signing just as as a whole lot since the RSS feed and may wait around for yet another post. Cheers, Glen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *