Ada pengalaman menarik yang kualami tanggal 28 September kemarin. Terkait dengan buku. Pangkalnya adalah iklan di Kompas akhir pekan plus iklan melalui beberapa mailing list baca/buku yang aku ikuti. Gramedia sedang cuci gudang akhir tahun. Selama tanggal 26-28 September 2006, ambil buku 5 buah bayar 10.000 Rupiah. Programnya dinamai BBM. Belanja Buku Murah.
Buatku,hal ini tentu saja menarik. Terus terang selama ini aku berburu buku hanya kalau ada ‘pesta’ buku Gramedia saja. Entah itu di Bentara Budaya Jakarta (BBJ) di Palmerah yang merupakan ‘markas besar’ Kelompok Kompas Gramedia, atau di Gedung Gramedia Majalah di jalan Panjang,Jakarta Barat. Disini biasanya diskon yang diberikan rata-rata 20%. Mungkin potongan harga 50% atau lebih hanya berlaku untuk buku-buku tertentu yang sepertinya terbitan lama. Diluar terbitan Gramedia, biasanya aku berburu buku di acara pameran buku IKAPI yang sekali setahun plus Jakarta Islamic Book Fair yang keduanya dilaksanakan di Istora Gelora Bung Karno. Terakhir aku juga suka singgah di emperan di bawah interchange Cawang yang obral buku 10.000 Rupiah per buku. Kadang kalau lagi beruntung, aku menemukan buku bagus disana yang menurutku sudah murah banget dengan harga segitu.
Kembali ke BBM, lumayan kaget juga pas sampai di BBJ ternyata sudah ada 30an orang yang antri di depan pintu gerbang yang masih tertutup. Semuanya cuman bisa memandangi buku-buku yang digelar di halaman BBJ. Sementara beberapa petugas sibuk membenahi dagangan mereka di hari terakhir ini. Semakin siang antrian semakin ramai. Sempat ingin kembali ke kantor melihat saingan berjubel. Apalagi jam dibukanya BBM ini diluar perkiraanku yang pukul 08.00 WIB. Pas tanya security, katanya bisa saja sebelum pukul 09.00 gerbang dibuka asalkan petugas kasir telah siap melayani.
Benar saja, pukul 08.30 gerbang dibuka.Ratusan orang berebut masuk sambil -tentu saja- saling mendorong. Menyerbu tumpukan keranjang yang sudah disiapkan. Untuk itu saja sudah terjadi kekisruhan. Karena jumlah keranjang yang disediakan tidak sebanyak orang yang antri.
Selanjutnya adalah pemandangan yang tak ubahnya peristiwa rebutan dana Bantuan Tunai Langsung atau pembagian sembako. Kacau! Setidaknya ada empat meja yang diatasnya bertebaran buku,dikerubuti ratusan orang. Entah karena harganya yang kelewat murah, atau memang yang mengambil benar-benar butuh, rasanya banyak orang yang asal ambil saja buku apa yang di atas meja. Bahkan ada yang mengambil lebih dari satu buku untuk satu judul buku. Untuk yang ini, aku menduga dirinya seorang pedagang.
Yang terlihat di pagi itu adalah betapa ‘buas’nya pengunjung berebut buku. Setidaknya ada beberapa jenis pengunjung yang aku lihat. Mereka yang sedang menkoleksi buku, mereka yang berdagang buku, hingga mereka yang bekerja bersama buku. Guru maksudnya. Hal ini terlihat dari seragam yang merkakenakan dan jenis buku yang berada dalam pelukan/keranjang mereka.
Aku sendiri merasa cukup dengan menenteng 15 buku yang berarti seharga 30.000 Rupiah. Selain karena tidak kebagian keranjang, juga karena suasana berburunya sudah tak nyaman. Dalam perjalanan pulang aku berpikir, benarkah minat baca masyarakat Indonesia rendah?. Situasi rebutan buku yang sama persis dengan situasi rebutan sembako, memunculkan pertanyaan itu.