Jakarta bukan tempat yang aman buat pengendara Sepeda Motor. Ini kondisi yang terjadi bila keinginan Gubernur DKI untuk melarang sepeda motor masuk jalan protokol jadi dilaksanakan. Dasar pemikiran aturan ini -sebagaimana dikutip berbagai media- karena menurut Bang Yos, kendaraan roda dua ini menjadi biang kemacetan jalanan di Ibukota. Katanya beliau sudah melihat hal serupa di Hanoi. Kontan saja wacana ini menuai pro dan kontra. Yang pro [mungkin] mereka yang selama ini mengendarai mobil [pribadi] dan merasa terganggu dengan aktivitas jalanan para pengendara motor yang berada pada posisi kontra.
Sejatinya, memang benar bahwa jalanan di kota Jakarta dan kota-kota setelit di sekitarnya sudah dipenuhi oleh berbagai jenis merek motor. Ada beberapa hal yang menjadi penyebabnya. Yang pertama adalah soal kemaetan itu sendiri. Dengan mengendarai motor, kemacetan bisa ‘ditembus’ dengan demikian jarak tempuh menjadi semakin singkat. Yang berikutnya adalah proses kepemilikan motor semakin hari semakin mudah. Ini terkait dengan alasan pertama. Permintaan banyak, penawaran juga bertambah. Hanya dengan bermodal lima ratus ribu Rupiah seseorang bisa memiliki motor. Saat ini diperkirakan setiab bulan ada 20.000 motor baru yang mengisi jalanan kota Jabodetabek. Dapat dibayangkan dengan pertambahan sebanyak itu bagaimana penuhnya jalanan.
Tapi, apakah benar pengemudi motor yang membuat jalanan Jakarta macet ?. Enggak juga. Ketaatan pengemudilah yang utama. Berhenti kalau lampu lalu lintas berwarna merah, dan jalan kalau sudah hijau, juga kalau lampu merah, berhenti di belakang garis atau kalau ditentukan lain oleh bapak Polisi yang kebetulan mengatur lalu lintas. Juga tidak main serobot sana sini, tidak zig-zag di jalanan, tidak berhenti atau ngetem di sembarang tempat. Kalau di jalan tol, jangan mengambil bahu jalan meski sedang macet, kalau mau jalan lambat jangan pernah mengambil sisi kanan, Bis atau truk mengambil jalur kiri dan jangan ikutan zig-zag.
Sebagai seorang yang sering mengendarai motor, aku sedang tidak membela sesama pengendara motor. Karena kenyataannya, saat melintas pagi dan sore melewati jalan Tarum Barat [alias Kalimalang] banyak juga pengendara motor yang seenak perutnya dalam berkendara. Oleh sebab itu ada baiknya semua pengendara [entah motor, mobil pribadi, angkutan umum] bisa menahan diri untuk tertib di jalanan. Bak kata seorang Da’i kondang, mulailah dari yang kecil, mulai dari diri sendiri dan mulailah dari sekarang. Dijamin gak akan ada yang namanya macet.
[gambar diambil di Simpang susun Cawang, 30 November 2006 pagi]
Wuih….sampeyan ini emosi sekali seolah udah pasti bener….ndak lihat gambar di posting itu ? Bahkan BMW yang rodanya empat dan pengemudinya ‘mungkin’ lebih berpendidikan daripada pengendara motor melakukan kesalahan. Sampeyan lihat sendiri di situs yang sampeyan lampirkan. Pengendara bukan roda dua juga banyak yang kurang ajar kan ?. Jadi tak perlulah emosi sebegitunya…mari perbaiki diri sendiri terlebih dahulu
Gw paling benci sama yang namanya sepeda motor. Speda motornya sih gak benci, tapi ama pemilik nya. Mental kere aja belagu kalo di jalanan, gimana kalo udah kaya beneran? Banyak banget di jalanan speda motor yang gak pake kaca spion (terutama Vespa), gak ada lampu sen, dan motor bodong (gak ada pelat nomor alias motor curian). Kalo nyalip mobil ato roda empat keatas gak kira kira, pede banget, yakin bener kalo roda empat ke atas gak bakal nyerempet nabrak mereka. Mreka lupa mreka bisa ada di jalanan karena belas kasian pemakai roda empat ke atas. Kalo nyerempet kaca spion mobil, bisanya cuma kabur aja, ato belagak bego pura2x gak tahu. Speda motor mental preman tak jarang suka memakai kaki nya untuk menghajar kendaraan lain yang gak di sukainya. Speda motor juga suka nyundul bemper mobil blakang walau lampu rem blakang udah nyala skalipun, bikin lecet body mobil blakang. Motor juga suka nyalip dari kanan mobil, walau aturan motor jalan di kiri udah di berlakukan skalipun, udah gitu suka pasang tampank blagu gitu kayak gak suka ama mobil gitu. Tak jarang galakan speda motor ketimbang mobil. Rasis banget ama roda empat. Salah sndiri jadi orang kere cuma mampu beli speda motor, jangan salahin mobil donk. Gw dukung gerakan batasi populasi speda motor oleh Polri. Emang udah waktunya, berarti yang ngerasa sebel ama speda motor gak cuma gw doank. Kalo bisa, speda motor gak usah masuk jakarta deh. Halo polisi, kalian butuh duit untuk sahkan perpu itu? Bilang aja ke saya, nanti saya bantu, yang penting speda motor mampus enyah dari jakarta. Jangan coba2x ketemu gw di jalanan sepi deh, apalagi bikin ulah, gw tabrak lu ampe mati, trus gw mundurin lagi mobilnya dan lindes pale lu berkali kali, baru ngacir.