Ada satu masa dulu aku dilangganankan majalah Bobo sama almarhum Bapak. Ini berlangsung bahkan sebelum aku sekolah. Bahkan belum bisa membaca. Jadi apa yang ada di majalah dibacakan oleh Bapak. Yang paling aku dan adik-adikku ingat kegiatan dibacakan itu adalah saat membaca kisah bersambung Deni Manusia Ikan. Soalnya bahasa ikan yang tiada huruf hidup itu dibacakan juga sama si Bapak. Langganan majalah in berlangsung terus sampai usia SMP. Tapi tentu saja bukan Bobo lagi. Tapi berganti menjadi majalah Hai dan tabloid Monitor [almarhum]. Bahkan majalah Bapak seperti Tempo ato Intisari ikut jadi santapan.
Mungkin apa yang dilakukan oleh Bapak ini yang bikin aku jadi ehem…suka membaca sampai sekarang. Sekembali dari Pesta Buku Jakarta kemarin aku baru menyadari satu hal. Bahwa ternyata orientasi bacaanku. Enggak dech, orientasi pembelian bukuku berubah terus dari waktu ke waktu. Aku pakai orientasi pembelian buku, karena kadang beli buku gak tebaca ampe abis.
Pertama sekali aku mulai mengumpulkan buku adalah soal komputer. Ini masih jaman SMA dulu. Kebetulan Bapak baru bisa beliin komputer. Karena gaptek dan cuman bisa maen game doang, aku beli beberapa buku buat belajar mengoperasikan komputer yang ada. Mulai dari Wordstar, Lotus 123, dBase III sampe Chiwriter. Wah, klasik banget ya ? Karena udah punya duit lagi, akhirnya komputernya diganti. Begitu juga dengan operating systemnya. Karena pake Windows dan gak pake A> [A prompt] lagi, akhirnya koleksi buku berubah. Menjadi Windows, MSWord, Excel dan Powepoint. Sekarang malah merambah ke Outlook [karena setelah di Jakarta ngerti email] dan Frontpage karena getol dengan yang namanya website.
Waktu kuliah dan ambil mata kuliah seminar, ketemu buku Marketing Plus dari Hermawan Kertajaya. Aku pikir, asyik juga ini buku. Ngebahas masalah ‘berat’ dengan ringan. Mulailah aku berburu buku-buku karangan dan terbitan Hermawan Kertajaya itu. Malah sempat ikutan seminarnya segala. Itu jugalah yang bikin aku suka baca majalah Swa[sembada] dulu. Dari situ melebar ke majalah Prospek [kayanya udah almarhum ini majalah]. Karena keterbatasan dana aku punya kiat sendiri untuk masalah majalah ini. Ada satu tempat yang rutin aku kunjungi di Medan dulu. Sambu namanya. Terminal angkot di Medan. Saat itu, inilah surga bacaan buatku. Di sana majalah terbitan Jakarta terbitan minggu lalu dijual dengan harga 500 sampe 1.000 perak [tergantung laris enggaknya] cuman sampulnya aja yang disobek. Gak tau kenapa. Belakangan pedagang seperti ini ternyata mendekat ke kampus-kampus. Maksudnya berdagang di kampus.
Pindah ke Jakarta dan kerja di sini, merubah lagi orientsi bukuku. Kebetulan aku ditempatkan di unit kerja penertiban yang berhubungan dengan aturan dan peraturan. Ini membuat aku memburu buku-buku hukum dan kumpulan peraturan. Terutama yang berhubungan dengan hukum perdata, hukum dagang dan hukum perusahaan. Belakangan, karena ditunjuk ngurusin serikat pekarja, koleksi buku peraturan merembet ke peraturan perburuhan.
Selain soal hukum, aku juga rajin ngumpulin buku sebangsa Chicken Soup gitu. Trus bukunya Gede Prama, bukunya Anthony de Mello dan beberapa buku sejenis. Ya, gaya renungan ato pencerahan gitulah.
Setelah itu, koleksi bergeser lagi ke sastra. Cuman bukan jenis yang berat. Yang ringan aja. Sebangsa kumpulan cerpen Kompas, novel pop Fira Basuki [triloginya], bukunya Hamsad Rangkuti, Djenar Maesa Ayu dan yang lain. Satu dua ada juga yang berat dari Pramoedya. Selain sastra aku juga ngumpulin buku budaya. Budaya Batak tentu saja. Apalagi setelah menikah, aku musti sering-sering ikutan dalam kegiatan adat. Mau tidak mau aku musti menambah memori dari apa yang telah aku pelajari dari orangtua dan pergaulan di Medan.
Akhir-akhir ini materi koleksi buku berubah lagi. Karena sedang asyik ngeblog, aku tertarik dengan dunia tulis menulis. Semakin ke sini, aku menyadari ternyata aku doyan juga ngetik di papan kunci ini. Aku juga menyadari menariknya, ternyata kegiatan tulis menulis ini terkait dengan dunia lain [bukan yang ada setannya itu !]. Maksudnya terkait dengan dunia komunikasi, Public Relation termasuk iklan. Nah, buku dengan muatan terakhir inilah yang belakangan menambah koleksi bukuku. Ternyata benar seperti kata pak Hernowo, kegiatan membaca dan menulis memang saling melengkapi. Dan yang pasti kedua kegiatan ini menyehatkan !